Klaim Berbahaya, Korea Utara Kritik Kesepakatan AUKUS: Picu Perlombaan Senjata di Kawasan

- 20 September 2021, 12:58 WIB
Ilustrasi - Korea Utara ikut mengkritik perjanjian antara Australia dan AS terkait kapal selam.
Ilustrasi - Korea Utara ikut mengkritik perjanjian antara Australia dan AS terkait kapal selam. /Pixabay/gfs_mizuta.

PR DEPOK - Korea Utara turut mengkritik keputusan Amerika Serikat (AS) dalam menyediakan kapal selam bertenaga nuklir kepada Australia.

Korea Utara menggambarkan kesepakatan AS dan Australia terkait kapal selam sebagai sesuatu yang berbahaya.

Kritikan itu munucl dari seorang pejabat senior Kemenlu Korea Utara yang tak disebutkan namanya.

Baca Juga: Muncul Kemarahan saat Muhammad Kece Dianiaya, Gus Umar: Enam Nyawa di KM 50 Tewas Ditembak Kenapa Kalian Diam?

Pejabat senior itu mengatakan kesepakatan antara AS, Inggris, dan Australia (AUKUS) berbahaya dan menganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik.

"Kesepakatan itu (AUKUS-red) memicu reaksi berantai dari perlombaan senjata," ujarnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Senin, 20 September 2021.

Sementara itu, Kepala Seksi Berita Asing dari Kemenlu Korea Utara turut mengungkapkan hal yang senada.

Ia memperingatkan pihaknya akan tindakan balasan apabila kesepakatan soal kapal selam AS dan Australia merusak keamanan negara.

Baca Juga: Kapan Pengumuman Hasil Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 21? Berikut Bocoran Jadwalnya

"Korea Utara akan mengambil tindakan balasan yang sesuai jika hal itu berdampak buruk pada keamanan negara,” katanya tegas.

Sebelumnya diketahui AS, Australia, dan Inggris mengumumkan kemitraan keamanan trilateral mereka untuk Indo-Pasifik yang disebut AUKUS.

Diungkapkan dalam AUKUS itu bahwa akan ada saling bertukar teknologi untuk melengkapi Australia dengan setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir tetapi “bersenjata konvensional”.

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 20 September 2021: Bantu Ricky, Aldebaran Mulai Ketahui Sosok Pelaku Teror Keluarganya

Di sisi lain, perjanjian tersebut telah memicu reaksi keras dari Prancis, sekutu lama yang telah memiliki kontrak dengan Australia.

Bahkan, negara yang dipimpin Emmanuel Macron ini telah memutuskan untuk menarik Dubesnya dari Canberra dan Washington.

Sementara PM Australia, Scott Morrison mengatakan peralihan itu mencerminkan lingkungan strategis yang memburuk di kawasan Asia-Pasifik.

Pejabat Korea Utara membuat referensi yang jelas untuk keluhan Prancis, menuduh AS bersikap "standar ganda" dan mencatat sekutu negara itu menuduhnya menikam dari belakang.

Baca Juga: Suntikan Ketiga Vaksin Pfizer Disebut Ahli Efektif pada Orang Berusia Lebih dari 60 Tahun

"Kesepakatan itu akan menghancurkan perdamaian dan keamanan regional serta sistem non-proliferasi internasional dan mengintensifkan perlombaan senjata," katanya.

“Situasi saat ini menunjukkan sekali lagi bahwa upaya (kami) untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nasional berdasarkan perspektif jangka panjang tidak boleh berkurang sedikit pun,” tutur dia lagi.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x