Mata-mata Rusia Dituduh Curi Formula Vaksin AstraZeneca, Menlu Rusia: Pernyataan Tidak Berdasar

- 13 Oktober 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19 jenis AstraZeneca.
Ilustrasi vaksin Covid-19 jenis AstraZeneca. /spencerbdavis1/Pixabay

PR DEPOK - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan bahwa klaim dari pers Inggris yang menyebut mata-mata Rusia mencuri formula vaksin AstraZeneca buatan Inggris tidak berdasar.

Sebuah artikel di kolom salah satu media Inggris baru-baru ini menuduh Rusia telah mencuri formula vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan Inggris-Swedia AstraZeneca.

Dari cetak biru formula vaksin AstraZeneca yang dicuri, lanjut kolom berita itu, kemudian digunakan untuk membuat suntikan Sputnik V Rusia.

Baca Juga: Orang Tuanya Dicecar 18 Pertanyaan di Polda Metro, Ayu Ting Ting: Dinikmati saja, InsyaAllah Hasil Memuaskan

Berbicara pada konferensi pers di Ibu Kota Kazakhstan, Nursultan, Lavrov mengatakan bahwa tuduhan pencurian formula vaksin tersebut tidak berdasar dan bohong.

“Mengenai Inggris dan mitra Barat kami lainnya, saya tidak berpikir seseorang akan menganggap serius pernyataan tidak berdasar ini"

"Sudah banyak tuduhan kepada kami (Rusia), semuanya tidak berdasar dan bohong," tuturnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Rabu, 13 Oktober 2021.

Menurut Lavrov, ada banyak laporan mengenai efek samping dari vaksin AstraZeneca dengan sebagian kecil orang mengalami pembekuan darah setelah menerima suntikan, sementara Sputnik V tidak.

Baca Juga: Cara Daftar PKH Online 2021 Lewat HP serta Syarat agar Terdata di DTKS Kemensos

"Tidak ada kasus seperti itu yang terjadi dengan Sputnik V” 

"Saya pikir setiap orang akan menarik kesimpulannya masing-masing," kata Lavrov.

Diketahui, perselisihan muncul ketika Inggris dan Rusia berada di ujung yang berlawanan dari kampanye vaksinasi mereka.

Sekitar 85 persen orang yang berusia di atas 12 tahun telah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19 di Inggris, sementara hampir 80 persen mendapatkan keduanya.

Baca Juga: Fakta Baru Dugaan Pemerkosaan di Luwu Timur, Polri Sebut Terdapat Peradangan di Sekitar Organ Vital

Di sisi lain Rusia cepat mengembangkan dan meluncurkan vaksin Sputniknya ketika pandemi melanda tahun lalu.

Namun penerimaannya lambat, dengan banyak mengutip ketidakpercayaan terhadap pihak berwenang dan ketakutan akan produk medis baru itu.

Menurut laporan berita yang dihimpun, hanya 33 persen di Rusia yang sudah menerima dosis lengkap vaksin Covid-19.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia perlu mempercepat kampanye vaksinasi terhadap Covid-19 ketika negara itu mencatat 973 kematian terkait virus corona, korban satu hari tertinggi sejak dimulainya pandemi.

Baca Juga: Hati-hati! Beredar Peringatan Palsu Pemblokiran Akun yang Mengatasnamakan Facebook

Secara total, Rusia telah mencatat 426.361 kematian terkait virus corona, sementara jumlah kematian di Inggris mencapai 137.763.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah