"Mirip dengan pendekatan ke [Bendungan Renaisans Ethiopia], saya pikir upaya normalisasi antara Israel dan Sudan adalah sesuatu yang harus dievaluasi saat kami dan Israel mengawasi dengan cermat,"kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.
Komentar Price muncul tak lama setelah dirinya mengumumkan bahwa Washington akan menangguhkan bantuan darurat senilai Rp9,95 triliun untuk Sudan, yang dimaksudkan untuk mendukung transisi demokrasi negara itu.
Baca Juga: Terjadi Ledakan di Area Luar Bandara Aden Yaman, 8 Orang Dilaporkan Tewas dan 11 Lainnya Luka-luka
Militer Sudan secara luas dipandang lebih mendukung kesepakatan normalisasi daripada anggota sipil pemerintah negara itu.
Pada Januari awal tahun ini, pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Khartoum untuk berdemonstrasi menentang normalisasi hubungan dengan Israel.
Mereka membakar bendera Israel di depan markas besar Dewan Menteri, dalam sebuah demonstrasi yang diselenggarakan oleh Pasukan Rakyat Penentang Normalisasi.
Baca Juga: Tiga Pengunjuk Rasa Tertembak Mati Selama Protes Nasional Sudan Menentang Kudeta Militer
Pejabat Israel itu berargumen bahwa kudeta tersebut tak terelakkan karena perdana menteri telah berselisih dengan militer selama beberapa tahun terakhir.
Militer mencari 'dukungan Israel'
"Militer Sudan selalu mendekati Israel atau mengisolasi warga sipil dari didekati oleh pejabat Israel," ungkap seorang analis politik Jihad Mashamoun.