Aksi Protes terhadap Hasil Pemilu di Irak Berubah Menjadi Bentrokan antara Massa dengan Pasukan Keamanan

- 6 November 2021, 13:50 WIB
Pendukung kelompok bersenjata Syiah Irak lari dari pasukan keamanan setelah terjadi bentrok selama protes terhadap hasil pemilu di Baghdad, Irak, 5 November 2021.
Pendukung kelompok bersenjata Syiah Irak lari dari pasukan keamanan setelah terjadi bentrok selama protes terhadap hasil pemilu di Baghdad, Irak, 5 November 2021. /Ahmed Saad/Reuters

PR DEPOK - Protes terhadap hasil pemilihan parlemen Irak baru-baru ini berubah menjadi tindak kekerasan.

Ratusan pendukung kelompok politik pro-Iran bentrok dengan pasukan keamanan di ibu kota Baghdad dekat Zona Hijau yang dijaga ketat.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Eye pada Sabtu, 6 November 2021, pendukung kelompok pro-Iran, yang menderita kerugian besar dalam pemilihan, melemparkan batu ke pasukan keamanan.

Baca Juga: Prediksi Susunan Pemain Arsenal vs Watford di Liga Inggris, Lengkap dengan Link Live Streaming

Kemudian saat gilirannya, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan peluru tajam ke udara untuk membubarkan massa.

Bentrokan meletus pada Jumat malam ketika ratusan demonstran, yang terbagi dalam beberapa kelompok, mencoba menyeberangi Jembatan Al-Jumhuriya, yang mengarah ke Zona Hijau.

Kelompok kedua mencoba menyeberangi jembatan gantung menuju zona hijau dari sisi yang berlawanan tetapi dicegah oleh pasukan keamanan.

Baca Juga: Info Gempa Magnitudo 5,4 Terjadi di Poso Sulawesi Tengah, BMKG Sebut Tidak Berpotensi Tsunami

Rekaman yang disiarkan di saluran pro-Iran di aplikasi Telegram menunjukkan pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan membakar pohon di dekat zona hijau untuk mencegah massa melangkah maju.

Dalam upaya untuk meredam situasi, beberapa pemimpin politik, termasuk Ammar al-Hakim, pemimpin gerakan al-Hikma Haider al-Abadi, mantan Perdana Menteri Hadi al-Amiri, pemimpin Organisasi Badr dan Qais al-Khazali, dan pemimpin Asa'ib Ahl al-Haq menyerukan ketenangan.

Protes datang sebagai tanggapan atas hasil pemilu baru-baru ini yang mengungkapkan bahwa beberapa kelompok politik pro-Iran, yang sebagian besar adalah bagian dari Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), telah memperoleh sedikit kursi di parlemen Irak yang baru.

Baca Juga: Cara Gunakan Aplikasi E-Uji Emisi untuk Mengecek Kendaraan Sudah Pernah Uji Emisi atau Belum

Faksi pro-Iran yang dipimpin oleh Organisasi Badr Asa'ib Ahl al-Haq dan Kata'ib Hezbollah mengalami penurunan kursi dari 47 dalam pemilihan 2018 menjadi sekitar 20 kursi di pemilu kali ini.

Pemimpin Syiah berpengaruh Muqtada al-Sadr, yang berkampanye sebagai seorang nasionalis dan kritikus Iran, muncul sebagai salah satu pemenang terbesar, mengamankan 74 kursi di parlemen Irak yang beranggotakan 329 orang.

Blok parlemen terbesar memiliki hak eksklusif untuk mencalonkan perdana menteri dan membentuk pemerintahan, yang merupakan ancaman nyata bagi keberadaan dan pengaruh faksi-faksi yang didukung Iran.

Baca Juga: Kasus Alec Baldwin Buat Dwayne Johnson Enggan Gunakan Senjata Asli saat Syuting Film

"Kecurangan yang terjadi dalam pemilihan legislatif baru-baru ini, di bawah pengawasan Perdana Menteri Irak al-Kadhimi telah mendapat penolakan luas"

"Komite Penyelenggara Demonstrasi Menolak Hasil Pemilihan," tutur kelompok politik pro-Iran itu.

Meskipun panitia penyelenggara mengklaim dalam pernyataan mereka bahwa ada beberapa korban jiwa di antara para pengunjuk rasa, sumber keamanan mengatakan bahwa ada satu kematian yang dikonfirmasi.

Baca Juga: Tanggapi Kebijakan Tes PCR Berubah-ubah, Sandiaga Uno: Kita Tidak Punya Kepentingan Lain Selain Keselamatan

Kementerian Kesehatan Irak mengatakan jumlah yang terluka mencapai 127, kebanyakan dari mereka adalah anggota pasukan keamanan.

Lebih jauh, perdana menteri Irak juga telah mengeluarkan perintah tegas kepada pasukan keamanan untuk menutup gerbang Zona Hijau dan jembatan.

Sementara itu, komisi pemilihan independen Irak mengumumkan bahwa mereka telah selesai meninjau sebagian besar banding yang diajukan setelah pemilihan yang jumlahnya lebih dari 1.300 banding.

Baca Juga: Jokowi Kunjungi Dubai, Ini 14 Perjanjian Kerjasama antara Indonesia dengan PEA

Selain itu, mereka mengklaim hampir menyelesaikan penghitungan suara secara manual dari tempat pemungutan suara saat pelanggaran dilaporkan.

Pemilihan parlemen Irak pada awalnya dijadwalkan berlangsung pada 2022 tetapi diajukan sebagai konsesi bagi para aktivis yang mengorganisir protes terhadap kemiskinan dan korupsi pemerintah pada akhir 2019.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Eye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah