Baca Juga: Usai Paksa 77 Juniornya untuk Makan Kotoran, Pihak Sekolah Keluarkan Pelaku dari Sekolah
The Korea Herald menyinggung bahwa salah satu pemohon mengklaim gereja telah memerintahkan para jamaahnya untuk menghalangi penyelidikan dan upaya otoritas untuk melakukan karantina.
Dalam video di unggahan youtube terbarunya, dilaporkan Hansol dari mantan pekerja gereja tersebut bahwa agama itu memaknai kondisi sakit sebagai kurangnya keimanan.
Sebagai tanggapan, Pemerintah juga sedang menyelidiki kasus ini dan menentukan apakah Shincheonji telah melanggar hukum yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan penyakit menular atau tidak.
“Kementerian Kehakiman dan yang lainnya sedang memeriksa situasi dengan cermat. Kami belum menemukan ilegalitas seperti pelanggaran undang-undang tentang pencegahan dan pengelolaan penyakit menular,” kata seorang pejabat kantor kepresidenan seperti dilaporkan The Korea Herald.
Sementara itu, pada Minggu, 23 Februari 2020, juru bicara Shincheonji Kim Si Mon mengaku telah menutup 1.100 cabang gereja di seluruh negeri dan 245.000 anggotanya telah diperintahkan untuk menahan diri dari kegiatan eksternal.
Kim Si Mon merilis daftar lengkap lokasi dan alamat gereja di beranda situs mereka, tetapi pemerintah provinsi Daegu dan Gyeonggi mengatakan bahwa daftar yang diberikan oleh Kim Si Mon justru tidak cocok dengan catatan yang dimiliki pemerintah dan informasi tersebut memerlukan konfirmasi lebih lanjut.***