Hal itu disebabkan Rusia memiliki sekitar 70 persen dari kekuatan tempur yang diyakini akan dibutuhkan dan mengirim lebih banyak kelompok taktis batalyon.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa Rusia dapat mengambil tindakan militer kapan saja, tetapi masih dapat memilih untuk diplomasi.
"Ibukota yang berbeda memiliki skenario yang berbeda, tetapi Ukraina siap untuk perkembangan apa pun," ujarnya Kuleba.
Baca Juga: Buronan KST Intan Jaya Papua Dibekuk, ET Anak Buah Undius Kogoyo Terlibat Banyak Aksi Bersenjata
Komisaris Ekonomi UE Paolo Gentiloni mengatakan bahwa fokusnya harus pada diplomasi.
"Kita harus membantu negara-negara NATO yang berbatasan dengan Rusia dan memperkuat mereka juga dari sudut pandang militer," tandasnya.
"Kita juga harus siap dengan reaksi ekonomi dan sanksi jika terjadi kemunduran," lanjutnya.
Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, memicu kekhawatiran akan serangan yang direncanakan.
Moskow mengatakan tidak merencanakan invasi tetapi dapat mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan jika tuntutan keamanannya tidak dipenuhi.