Sejarah Singkat Konflik Rusia-Ukraina, Panas Soal Invasi hingga Kemungkinan Pecahnya Perang Dunia

- 22 Februari 2022, 09:54 WIB
Sejarah singkat konflik panas antara Rusia dan Ukraina.
Sejarah singkat konflik panas antara Rusia dan Ukraina. /dok. Russian Defense Ministry Press Service/

PR DEPOK - Konflik panas antara Rusia dan Ukraina menyita perhatian masyarakat dunia belakangan ini.

Di tengah memanasnya hubungan kedua negara tersebut, desas-desus Rusia bakal melakukan invasi ke Ukraina pun berembus kencang.

Pasalnya, Rusia telah menempatkan sekitar 130.000 tentara di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina pada musim dingin ini, juga memantik kemungkinan pecahnya perang dunia.

Baca Juga: Cara Mudah Dapatkan Kartu Sembako, Untuk Cek Penerima Bansos BPNT Rp 2,4 Juta

Konflik Rusia dan Ukraina bukan baru kali ini terjadi melainkan memiliki sejarah yang cukup panjang.

Lalu bagaimana sejarah awal mula konflik Rusia dan Ukraina hingga panas soal kabar invasi?

Dilansir PikiranRakyat-Depok-com dari Independent, konflik dua negara tersebut bermula delapan tahun lalu tepatnya pada tahun 2014.

Saat itu, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina setelah presiden negara yang bersahabat dengan Moskow, Viktor Yanukovych digulingkan dari kekuasaan oleh protes massa.

Baca Juga: Link Nonton Ghost Doctor Episode 16, Akhir dari Nasib Semua Orang, Terutama Cha Young Min

Beberapa minggu kemudian, Rusia memberikan dukungannya di belakang pemberontakan separatis yang pecah di timur Ukraina.

Lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Pertempuran tersebut juga telah menghancurkan jantung industri timur Ukraina yang dikenal sebagai Donbas.

Baik Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung pemberontak tetapi Moskow membantah tuduhan itu, menyatakan bahwa Rusia yang bergabung dengan separatis melakukannya secara sukarela.

Baca Juga: Kemenag Buat Pedoman Bunyi Toa Masjid, Fadli Zon: Harusnya Benahi Masalah Besar Seperti Haji dan Umrah

Tahun 2015, kesepakatan damai dibuat dengan perjanjian Minsk II yang ditengahi
Prancis dan Jerman untuk membantu mengakhiri pertempuran skala besar.

Kesepakatan 13 poin tersebut mewajibkan Ukraina untuk menawarkan otonomi kepada wilayah separatis dan amnesti bagi pemberontak.

Sementara Ukraina akan mendapatkan kembali kendali penuh atas perbatasannya dengan Rusia di wilayah yang dikuasai pemberontak.

Namun, kesepakatan tersebut sangat kompleks, karena Moskow terus bersikeras bahwa pihaknya bukan pihak dalam konflik dan oleh karena itu tidak terikat dengan persyaratannya.

Baca Juga: Lirik Lagu STAYC - RUN2U, Lengkap dengan Terjemahan Bahasa Indonesia

Dalam butir 10 kesepakatan tersebut, terdapat seruan penarikan seluruh formasi bersenjata dan perlengkapan militer asing dari dua wilayah yang disengketakan, Donetsk dan Luhansk.

Ukraina mengatakan ini mengacu pada pasukan dari Rusia tetapi Moskow menyangkal memiliki pasukan di sana.

Tahun lalu, lonjakan pelanggaran gencatan senjata di timur dan konsentrasi pasukan Rusia di dekat Ukraina memicu kekhawatiran bahwa perang baru akan meletus tetapi ketegangan mereda ketika Moskow menarik kembali sebagian besar pasukannya setelah manuver pada bulan April.

Baca Juga: Luhut Minta Indonesia Tak Ikut-ikutan Transisi ke Endemik, Fadli Zon: Kenapa Kita Ngotot Pandemi?

Bagaimana Situasi saat Ini?

Pada awal Desember 2021, pejabat intelijen AS menetapkan bahwa Rusia berencana untuk mengerahkan sebanyak 175.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina sebagai persiapan untuk kemungkinan invasi yang mereka yakini dapat dimulai pada awal 2022.

Kyiv telah mengeluh pada bulan Desember bahwa Moskow telah menempatkan lebih dari 90.000 tentara di dekat perbatasan kedua negara, memperingatkan bahwa "eskalasi skala besar" mungkin terjadi pada bulan Januari.

Selain itu, panglima angkatan bersenjata Ukraina mengatakan Rusia memiliki sekitar 2.100 personel militer di timur Ukraina yang dikuasai pemberontak dan bahwa perwira Rusia memegang semua posisi komando di pasukan separatis.

Baca Juga: Cara Cek Bansos PKH Online 2022 Lewat HP untuk Dapatkan Bantuan Anak Balita 0-6 Tahun hingga Rp3 Juta

Moskow telah berulang kali membantah kehadiran pasukannya di Ukraina timur, tidak memberikan rincian tentang jumlah dan lokasi militernya.

Moskow mengatakan bahwa penempatan mereka di wilayah sendiri seharusnya tidak menjadi perhatian siapa pun.

Sementara itu, Rusia menuduh Ukraina melanggar Minsk II dan mengkritik Barat karena gagal mendorong kepatuhan Ukraina.

Baca Juga: 7 Tahun Bungkam Terkait Tudingan Mengambil Uang Almarhum Olga Syahputra, Mak Vera Akhirnya Angkat Bicara

Di tengah kepahitan, Putin telah menolak pertemuan empat arah dengan Ukraina, Prancis dan Jerman, dengan mengatakan itu tidak berguna mengingat penolakan Ukraina untuk mematuhi pakta 2015.

Moskow juga mengecam keras AS dan sekutu NATO-nya karena memberi Ukraina senjata dan mengadakan latihan bersama.

Pihak Moskow mengatakan bahwa hal tersebut mendorong elang Ukraina untuk mencoba merebut kembali daerah yang dikuasai pemberontak dengan paksa.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah