Goa Aborigin Berusia 46.000 Tahun Dihancurkan, Perusahaan Tambang Ini Minta Maaf

- 2 Juni 2020, 13:30 WIB
Gua Aborigin berusia 46.000 tahun di Australia kini telah hancur.
Gua Aborigin berusia 46.000 tahun di Australia kini telah hancur. /Independent

PR DEPOK - Raksasa perusahaan pertambangan Rio Tinto telah menyatakan permintaan maafnya setelah meledakkan salah satu situs Aborigin tertua yang ada di Australia.

Dikutip oleh PR Depok dari The Independent Selasa, 2 Juni 2020 Gua Juukan Gorge, di utara Australia Barat, adalah situs warisan Aborigin yang sakral yang telah ada selama 46.000 tahun lalu.

Gua tersebut merupakan satu-satunya situs kuno di Australia yang membuktikan bahwa ada peradaban manusia pada Zaman Es terakhir dan banyak artefak kuno telah ditemukan di sana.

Baca Juga: Rekaman NASA Tunjukan Objek Diduga UFO Melaju Cepat di Bawah ISS saat Peluncuran SpaceX

Akan tetapi, gua tersebut juga merupakan bagian dari situs tambangan bijih besi Rio Tinto Brockman 4.

Meskipun perselishan selama tujuh tahun untuk melindungi situs tersebut oleh warga lokal di tanah itu, Puutu Kunti Kurrama dan orang Pinikura (PKKP), pembongkaran tetap berlangsung sampai 24 Mei 2020 lalu.

PKKP mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah mengajukan permohonan untuk mengunjungi situs tersebut dan bernegosiasi untuk menghentikan pemboman atau membatasi kerusakan tetapi diberitahu bahwa bahan peledak telah diletakkan dan tidak mungkin untuk menghilangkannya.

Baca Juga: KJRI Pastikan 1.990 WNI Aman di Tengah Aksi 'Black Lives Matter' AS

Raksasa pertambangan itu pertama kali diberikan persetujuan untuk bekerja di proyek bijih besi Brockman 4 pada tahun 2013, tetapi penggalian arkeologis pada 2014 menemukan sekitar 7.000 artefak kuno termasuk batu gerinda, tulang yang diasah menjadi alat dan ikat rambut berusia 4.000 tahun, analisis yang mengungkapkan hubungan genetik langsung antara PKKP saat ini, dan populasi penghuni gua prasejarah.

Pembongkaran terus berjalan dengan semua persetujuan yang diperlukan, meskipun temuan arkeologis yang menunjukkan situs itu bahkan lebih signifikan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Hilangnya gua tersebut telah memicu protes internasional dan janji oleh pemerintah federal Australia untuk meninjau hukum yang relevan.

Baca Juga: Beredar Kabar Pesepeda di Monas Meninggal Akibat Olahraga Pakai Masker, Simak Faktanya

Kepala eksekutif bijih besi Rio Tinto, Chris Salisbury, meminta maaf atas kesalahanya yang ditimbulkan perusahaan.

“Kami memberikan penghormatan kepada Puutu Kunti Kurrama dan Orang Pinikura (PKKP), dan kami mohon maaf atas kesusahan yang telah kami sebabkan. Hubungan kami dengan PKKP sangat berarti bagi Rio Tinto, setelah bekerja bersama selama bertahun-tahun," katanya.

“Kami telah beroperasi di negara PKKP berdasarkan perjanjian partisipasi yang komprehensif dan disepakati bersama sejak 2011," ujarnya.

Baca Juga: Mengenal Antifa, Kelompok yang Dicap Teroris oleh Donald Trump

Kehilangan situs itu merupakan "pukulan telak" bagi para pemilik tradisional, kata perwakilan suku John Ashburton kepada Reuters.

"Ada beberapa situs Aborigin yang dikenal di Australia yang setua ini ... pentingnya tidak bisa diremehkan," katanya.

"Orang-orang kami sangat sedih dan dengan penghancuran tempat-tempat berlindung batu ini dan berduka karena kehilangan hubungan dengan leluhur kami serta tanah kami." lanjutnya.

Baca Juga: Berlaku hingga 7 Juni 2020, Layanan Bus AKAP dan AKDP di Jabodetabek Tidak Beroperasi

Di Australia situs warisan berada di bawah kendali negara bagian dan teritori, dan hukum Australia Barat mengizinkan persetujuan pemerintah diberikan untuk menghancurkan situs yang secara budaya penting, tetapi tidak memperbolehkan izin dicabut.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x