China Akhirnya Buka Suara Bantah Terlibat dalam Konflik Rusia-Ukraina, Tuding AS sebagai Dalangnya

- 16 Maret 2022, 09:40 WIB
Bendera Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara saat ini memanas akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Bendera Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara saat ini memanas akibat invasi Rusia ke Ukraina. /Brian Snyder/Reuters

PR DEPOK – Pemerintah China baru-baru ini membuat klarifikasi terkait perang Rusia-Ukraina.

China membantah terlibat dalam konflik antara Rusia dan Ukraina dan tidak ingin sanksi memengaruhinya.

Bantahan China tidak terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Baca Juga: Intelijen AS Kaget, Rusia Keluarkan Rudal Rahasia untuk Serang Ukraina

Ia menyampaikan hal tersebut mengingat dampak perang Rusia-Ukraina terhadap kepentingan China.

Selama panggilan telepon dengan timpalannya dari Spanyol Jose Manuel Albares Bueno pada Senin, 14 Maret 2022, Wang mengatakan Beijing telah mempromosikan pembicaraan damai dengan caranya sendiri sejak awal krisis.

"China bukan pihak yang terlibat langsung dalam krisis, dan tidak ingin terkena sanksi lebih jauh lagi," kata Wang seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Straits Times.

Baca Juga: Doni Salmanan Akhirnya Minta Maaf, Berharap Hukumannya Diringankan

Ia lantas menyalahkan negara-negara tertentu yang telah mencoreng China.

Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China telah membantah tudingan pejabat AS yang tidak disebutkan yang mengklaim bahwa China telah berbagi informasi intelijen AS tentang serangan Rusia yang akan segera terjadi di Ukraina.

Ia juga membantah tudingan bahwa China telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin menunda rencana invasi ke Ukraina sampai Olimpiade Musim Dingin di Beijing selesai.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 24 Dibuka Besok Kamis Pagi untuk 300 Ribu Orang

China juga membantah bahwa Rusia telah meminta bantuan militer dari China dan menyebut tuduhan itu sebagai disinformasi.

Sebaliknya, ia menegaskan bahwa China memiliki hak untuk melindungi kepentingannya dari dampak perang Rusia-Ukraina.

"China memiliki hak untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah dan sah," katanya.

Baca Juga: Doni Salmanan Akhirnya Minta Maaf, Berharap Hukumannya Diringankan

Kantor berita China sebelumnya hanya membuat satu penyebutan singkat tentang masalah Ukraina ketika memuat pernyataan China tentang pembicaraan yang sebagian besar berfokus pada hubungan China-AS dan mengelola perbedaan di antara mereka, khususnya di Taiwan.

"China dan Amerika Serikat harus memperkuat dialog dan kerja sama, mengelola perbedaan dengan baik dan mencegah konflik dan konfrontasi," kata Yang.

Kedua pihak juga bertukar pandangan tentang isu-isu internasional dan regional termasuk Ukraina, Semenanjung Korea, masalah nuklir Iran dan Afghanistan.

Baca Juga: Rusia Mulai Putus Asa, Diduga Hanya Bisa Bertahan 14 Hari ke Depan di Ukraina

Sementara itu, AS semakin khawatir tentang dukungan China untuk Rusia, dan telah berusaha untuk menunjukkan konsekuensi bagi Beijing jika itu membantu Moskow.

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo pekan lalu mengangkat kemungkinan daftar hitam perdagangan bahwa perusahaan-perusahaan China yang terus mengekspor ke Rusia yang melanggar sanksi dapat diblokir untuk menggunakan peralatan dan perangkat lunak AS.

Terkait hal ini, media pemerintah China menggunakan nada pedas dalam menggambarkan pertemuan Roma membingkainya sebagai seruan bantuan oleh AS dalam perang Ukraina.

Baca Juga: Dengar Fuji Sudah Mulai Goyah untuk Kuliah, Thariq Halilintar: Nikah Juga Bisa

"Masalah yang diciptakan oleh AS tidak dapat dan tidak boleh diselesaikan oleh China," tulis Global Times.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah