Pengawas Energi Global Khawatir Krisis Minyak atas Sanksi Barat ke Rusia: Eropa Tidak Bisa Gantikan

- 7 Mei 2022, 14:35 WIB
Potret kepala sumur dan anjungan pengeboran di Lapangan Minyak Yarakta, milik Irkutsk Oil Company (INK), di Wilayah Irkutsk, Rusia 11 Maret 2019. Sanksi negara Barat ke Rusia dikhawatirkan menyebabkan krisis minyak global.
Potret kepala sumur dan anjungan pengeboran di Lapangan Minyak Yarakta, milik Irkutsk Oil Company (INK), di Wilayah Irkutsk, Rusia 11 Maret 2019. Sanksi negara Barat ke Rusia dikhawatirkan menyebabkan krisis minyak global. /Vasily Fedosenko/Reuters

PR DEPOK - Fatih Birol, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) menyoroti sanksi negara Barat terhadap Rusia sehubungan dengan invasi Moskow di Ukraina.

Menurut Fatih Birol, sanksi negara Barat terhadap Rusia dan tindakan pembalasan Moskow akan memiliki implikasi besar bagi pasar energi global.

Ia menjelaskan bahwa dunia akan mengalami krisis minyak atas sanksi negara Barat terhadap Rusia.

Baca Juga: Respons Oknum Polisi Jadi Bos Tambang Emas Ilegal di Kaltara, Said Didu: Bongkar

“Saya percaya bahwa kita berada di tengah-tengah krisis energi global pertama. Pada tahun 70-an kita melihat krisis minyak, yang memiliki konsekuensi besar bagi ekonomi dan inflasi. Tapi kemudian itu hanya minyak,” katanya di Wina, pada Jumat, 7 Mei 2022 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Rusia Today.

Ia lantas mengingatkan bahwa Rusia memiliki peran penting sebagai pengekspor minyak dunia.

“Mari kita ingat bahwa Rusia adalah pengekspor minyak dan gas alam nomor satu dunia, serta pemain utama di pasar bahan yang digunakan oleh sektor energi”

Baca Juga: Siap Kirim Senjata Besar-besaran ke Ukraina, AS Pakai Lagi UU Perang Dunia II

“Oleh karena itu, sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atau keputusan politik dari Kremlin memiliki dan akan memiliki konsekuensi besar bagi pasar energ,” ujarnya menambahkan.

Menurut Birol, terlalu optimis untuk percaya bahwa volatilitas saat ini di pasar energi dapat segera berakhir dan bahwa dunia dapat kembali ke masa harga rendah dan kondisi pasar yang stabil.

Sementara itu, CEO Shell Ben van Beurden mengingatkan bahwa negara-negara Eropa tidak akan dapat menggantikan gas alam Rusia tanpa transisi energi.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-73: AS Bantah Tudingan Peran Intelijennya hingga Muncul Pernyataan PBB

Meningkatkan pasokan gas dari Afrika dan Skandinavia serta meningkatkan pembelian gas alam cair (LNG) tidak dapat membantu menggantikan energi Rusia di pasar Eropa.

“Membawa lebih banyak LNG ke pasar, meningkatkan kapasitas pencairan dan regasifikasi, dan meningkatkan pasokan pipa dari Afrika Utara dan Norwegia adalah hal yang wajar. Transisi energi juga tak terhindarkan dalam jangka menengah,” kata van Beurden.

Menurutnya, Eropa akan sulit menggantikan semua gas Rusia.

Baca Juga: Cara Cek BSU 2022 Online Lewat Link kemnaker.go.id, Dapatkan BLT Subsidi Gaji hingga Rp1 Juta untuk Karyawan

“Tidak ada cara untuk membeli lebih banyak gas pipa dan LNG untuk sepenuhnya menggantikan semua gas Rusia yang saat ini kami konsumsi. Ini tidak layak,” kata van Beurden.

Sebagai informasi, Rusia saat ini merupakan penyedia gas terbesar di Eropa yang mengirimkan sekitar 40 persen gas alam yang dikonsumsi oleh kawasan tersebut.

Gas Rusia ditransfer melalui beberapa rute, termasuk Nord Stream, yang mengalir langsung ke Jerman melalui Laut Baltik, sistem transmisi gas Ukraina, pipa Yamal-Eropa, dan pipa Aliran Turki melalui Laut Hitam.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Rusia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x