Obat Antikanker Disuntikkan ke Manusia untuk Pertama Kalinya dalam Uji Klinis Baru

- 4 Juni 2022, 20:05 WIB
Ilustrasi – Uji klinis obat antikanker.
Ilustrasi – Uji klinis obat antikanker. /PublicDomainPictures/PIXABAY/

PR DEPOK - Uji klinis fase 1 dosis obat antikanker yang disebut CF33-hNIS atau Vaxinia disuntikkan kepada manusia.

Uji klinis itu melibatkan penggunaan virus onkolitik, sejenis virus yang dapat menginfeksi dan membunuh sel kanker tanpa merusak jaringan sehat.

Lantas, bagaimana obat antikanker ini dikembangkan?

Baca Juga: Gelaran Formula E Sukses, Anies Baswedan Sebut 150 Negara Tayangkan Ajang Balap Mobil Listrik Internasional

Untuk diketahui, Vaxinia adalah virus cacar yang dimodifikasi secara genetik.

Sebelumnya Vaxinia telah terbukti efektif melawan berbagai jenis kanker di laboratorium dan model hewan.

Uji klinis obat antikanker ini dilakukan oleh City of Hope, sebuah lembaga penelitian dan pengobatan kanker di Amerika Serikat yang bekerja sama dengan Imugene, sebuah perusahaan biotek di Australia.

Baca Juga: Cek BSU 2022 BPJS Ketenagakerjaan yang Segera Cair, Dapatkan BLT Subsidi Gaji Rp1 Juta usai Login ke Sini

Mereka akan menguji virus onkolitik baru pada pasien kanker dengan tumor padat stadium lanjut.

Studi laboratorium menunjukkan bahwa Vaxinia mungkin lebih efektif daripada generasi sebelumnya dari virus onkolitik dalam mengurangi ukuran tumor, membuat terapi ini sangat menjanjikan.

“Pentingnya CF33/ Vaxinia adalah bahwa virus ini dirancang untuk menargetkan semua jenis kanker. Ini adalah salah satu dari generasi baru virus terapeutik yang akan jauh lebih kuat daripada virus sebelumnya, dan berpotensi lebih selektif untuk kanker sementara mampu menyelamatkan jaringan normal,” kata Yuman Fong, Ketua Departemen Bedah di City of Hope seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Medical News Today.

Baca Juga: Alur Pendaftaran dan Penetapan Penerima Bansos PKH 2022

Sementara itu, Leslie Chong, CEO Imugene mengatakan, pihaknya ingin mengembangkan terapi kanker guna menyembuhkan pasien.

“Kami ingin merevolusi terapi kanker, dan kami tidak lagi puas dengan peningkatan kelangsungan hidup, kami ingin menyembuhkan pasien. Dengan menjadikan kanker menjadi satu penyakit dan memiliki agen yang ditargetkan untuk melenyapkannya, itulah cawan suci terapi kanker,” katanya.

CF33-hNIS atau Vaxinia, yang dikembangkan oleh para peneliti di City of Hope adalah versi rekayasa genetika dari vaccinia atau virus cacar.

Baca Juga: Hati-hati, 4 Zodiak Ini Ternyata Dipenuhi Energi Negatif, Salah Satunya Pisces!

Para peneliti telah merancang CF33-hNIS untuk meningkatkan kemampuannya untuk bereplikasi dalam sel tumor, memfasilitasi respons imun yang besar terhadap sel tumor.

Selain itu, virus vaccinia yang dimodifikasi juga mengekspresikan protein yang disebut human sodium iodide symporter (hNIS) yang mengangkut ion iodida ke dalam sel.

Dengan demikian, sel tumor yang terinfeksi oleh virus mengekspresikan hNIS, memungkinkan pengambilan yodium radioaktif.

Lebih lanjut, peneliti menjelaskan, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa CF33-hNIS efektif melawan kultur sel dan model hewan dari kanker payudara, kolorektal, pankreas, ovarium, dan paru-paru.

Baca Juga: Pertama Kali Sejak 1990, Junta Myanmar Terapkan Hukuman Eksekusi untuk Aktivis dan Pendukung Aung San Suu Kyi

Selama uji klinis Fase 1, para peneliti akan menguji keamanan dan tolerabilitas CF33-hNIS pada pasien kanker dengan menyuntikkan virus langsung ke dalam darah atau tumor.

Secara khusus, uji coba akan mencakup sekitar 100 pasien kanker dengan tumor padat metastatik atau lanjut yang sebelumnya telah menerima setidaknya dua perawatan kanker standar.

Setelah berhasil mendemonstrasikan keamanan Vaxinia, para peneliti juga bermaksud menguji pengobatan sel tumor menggunakan kombinasi virus onkolitik ini dan jenis terapi kanker lain yang disebut pembrolizumab.

Baca Juga: Emmanuel Macron Sebut Invasi Rusia ke Ukraina sebagai Kesalahan, Tegaskan Pembicaraan Diplomatik

“Virus oncolytic telah ditunjukkan pada model hewan sama efektifnya dengan terapi kombinasi dengan banyak imunoterapi lainnya, termasuk inhibitor pos pemeriksaan dan terapi CAR T. Kami berharap platform CF33/ Vaxinia akan bergerak cepat ke pengujian klinis dalam kombinasi dengan ini dan menjadi imunoterapi kombinasi yang efektif dalam pengobatan kanker manusia,” kata Dr. Fong.

Para peneliti juga bermaksud untuk menguji kemanjuran terapi ini sebagai hasil sekunder selama percobaan fase 1 ini.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Medical News Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x