AS Hadapi Tingkat Inflasi Terparah Gegara Invasi Rusia di Ukraina

- 8 Juni 2022, 13:55 WIB
Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di penukaran uang di pusat Kairo, Mesir, 20 Maret 2019. AS mengalami tingkat inflasi yang parah, salah satunya akibat invasi Rusia di Ukraina.
Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di penukaran uang di pusat Kairo, Mesir, 20 Maret 2019. AS mengalami tingkat inflasi yang parah, salah satunya akibat invasi Rusia di Ukraina. /Mohamed Abd El Ghany/REUTERS/

PR DEPOK – Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini melaporkan tingkat inflasi yang terjadi di tengah invasi Rusia di Ukraina.

Departemen Keuangan Janet Yelle mengatakan bahwa AS menghadapi tingkat inflasi yang tidak dapat diterima dan salah satu penyebabnya karena invasi Rusia ke Ukraina.

Menurutnya, AS saat ini menghadapi tantangan makroekonomi, termasuk tingkat inflasi  akibat pasokan minyak dan gas akibat invasi Rusia di Ukraina.

Baca Juga: Update Perang Hari ke-105: Minyak Rusia Mengalir ke Asia hingga 1.000 Tentara Ukraina Dipindahkan

Tingkat inflasi AS juga dipengaruhi efek pandemi pada rantai pasokan.

“Efek gangguan sisi pasokan terhadap pasar minyak dan makanan akibat perang Rusia-Ukraina,” katanya dalam sidang seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Yellen minggu lalu mengakui bahwa dia salah mengenai inflasi AS.

"Saya pikir saya salah tentang jalan yang akan ditempuh inflasi," tuturnya.

Baca Juga: Waspada! Ilmuwan Prediksi Mega Tsunami Setinggi 60 Meter Hantam Wilayah Ini

Untuk meredam kenaikan harga, Pemerintah AS membutuhkan anggaran yang tepat serta pengetatan kebijakan moneter di Federal Reserve.

"Untuk meredam tekanan inflasi tanpa merusak kekuatan pasar tenaga kerja, sikap anggaran yang tepat diperlukan untuk melengkapi tindakan kebijakan moneter oleh Federal Reserve," kata Yellen.

Pada musim panas lalu, Joe Biden mengatakan bahwa kenaikan harga bersifat sementara.

Yellen mengatakan ada risiko kecil dan saya pikir itu dapat dikelola.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 32 Dibuka, Simak Syarat Pendaftarannya

"Saya tidak mengantisipasi bahwa inflasi akan menjadi masalah," katanya.

Harga gas di AS sekarang naik menjadi 4,92 dolar sejak tahun lalu harga bahan makanan telah melonjak 10,8 persen, kenaikan terbesar dari tahun ke tahun sejak 1980. Makanan jauh dari rumah naik 7,2 persen dari tahun lalu.

Dalam sidang tersebut, Yellen juga menolak kekhawatiran Partai Republik bahwa inflasi dapat diperburuk oleh Rencana Penyelamatan Amerika senilai 1,9 triliun dolar yang disahkan oleh Demokrat pada tahun 2021.

Baca Juga: Syarat Masuk Jakarta Fair 2022, Pengunjung PRJ Wajib Vaksin Dosis Kedua

Yellen lebih lanjut menjelaskan bahwa Joe Biden telah mewarisi ekonomi dengan pengangguran yang sangat tinggi.

“Kami harus mengatasi kemungkinan bahwa ini bisa menjadi penurunan yang bisa menandingi resesi hebat,” katanya.

Ia pun menganjurkan perlunya paket stimulus besar-besaran.

Yellen juga mendesak Kongres untuk berbuat lebih banyak untuk memerangi inflasi.

Baca Juga: Sama-Sama Dijual Rp10 Jutaan, Pilih Mana HP Xiaomi 12 atau Vivo X60 Pro?

“Kongres dapat melakukan banyak hal untuk mengurangi beberapa biaya paling penting dan membebani yang dihadapi rumah tangga"

"Hampir tidak mungkin bagi kami untuk melindungi diri dari guncangan seperti yang terjadi di Rusia yang menggerakkan harga minyak kami," kata Yellen.

Ia mencatat bahwa harga energi naik di seluruh dunia dan mendesak investasi energi bersih.

Baca Juga: Daftar HP Murah Rp1 Jutaan, Lengkap dengan Spesifikasi dan Keungggulan

“Dalam jangka menengah yang penting adalah kita menjadi lebih tergantung pada angin dan matahari,” tuturnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah