PR DEPOK - Sebuah pameran virtual oleh fotografer etnis Rohingya telah diluncurkan untuk mendokumentasikan kehidupan di dalam Kutupalong, Bangladesh selatan yang merupakan kamp pengungsi terbesar di dunia.
Pameran virtual oleh fotografer etnis Rohingya merupakan upaya untuk lebih memahami kehidupan ratusan ribu sebagian besar Muslim Rohingya yang terpaksa melarikan diri dari Myanmar lima tahun lalu.
Anra Rohingya (We Are Rohingya) berfokus pada subjek identitas dan menampilkan karya 11 fotografer dari Rohingyatographer, sebuah majalah yang diproduksi oleh tim yang berbasis di kamp pengungsi.
Baca Juga: Erling Haaland atau Kylian Mbappe? Ini Target Utama Real Madrid
Digambarkan oleh PBB sebagai 'minoritas yang paling teraniaya di dunia', hampir satu juta orang Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sebagai akibat dari tindakan brutal militer di Myanmar pada tahun 2017.
Tindakan brutal tersebut yang sekarang menjadi subjek penyelidikan genosida di Mahkamah Internasional di Den Haag.
Beberapa orang Rohingya juga tetap berada di kamp-kamp di negara bagian Rakhine, Myanmar barat yang menjadi tempat pergerakan mereka dibatasi dan diawasi dengan ketat.
Baca Juga: Promo-promo Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 ke-495, Mulai dari Dufan hingga TransJakarta
Diskriminasi resmi selama bertahun-tahun memberikan dorongan untuk tema pameran dengan para pemimpin Myanmar secara berturut-turut. Termasuk Aung San Suu Kyi yang digulingkan oleh para jenderal dalam kudeta Februari 2021, menolak untuk mengakui Rohingya sebagai warga negara Myanmar dan menyebut kelompok itu sebagai 'Bengali'.