WHO dan OECD Ingatkan Terhambatnya Ekspor Gandum Picu Krisis Pangan dan Jutaan Orang Kekurangan Gizi

- 30 Juni 2022, 16:20 WIB
Tim penyelamat masih melakukan pencarian korban di lokasi pusat perbelanjaan Kremenchuk yang terkena serangan rudal Rusia di wilayah Poltava, Ukraina.
Tim penyelamat masih melakukan pencarian korban di lokasi pusat perbelanjaan Kremenchuk yang terkena serangan rudal Rusia di wilayah Poltava, Ukraina. /Press service of the State Emergency Service of Ukraine /Handout via Reuters

PR DEPOK - Invasi Rusia memaksa eskpor biji-bijian termasuk gandum yang menjadi andalan Ukraina terhenti.

Akibatnya ketahanan pangan global terancam hingga mendorong harga pangan dunia ke tingkat rekor.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) khawatir ekspor gandung yang terhambat memicu harga global tetap tinggi hingga memasuki tahun 2023.

Baca Juga: Presiden Korea Selatan Khawatirkan Pertemuan Puncak NATO, Singgung Soal Ancaman

Minimnya ekspor biji-bijian khususnya gandum sangat berpotensi memperparah kelangkaan pangan di beberapa negara.

Salah satunya Afrika Timur yang dilanda kemarau ekstrem selama beberapa tahun terakhir.

Kondisi tersebut bisa mengakibatkan jutaan orang mengalami kekurangan gizi.

Baca Juga: Tak Masalah Finlandia dan Swedia Gabung NATO, Vladimir Putin Justru Beri Peringatan

OECD mencatat Ukraina kehilangan kapasitas ekspor gandum yang meningkat tajam dari sebelumnya 19 persen menjadi 34 persen tahun ini.

"Dengan ketahanan pangan yang sudah semakin mendekati krisis, konsekuensi yang mengerikan akan segera terasa terutama bagi mereka yang masuk ke dalam kelompok rentan," ujar Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann dilansir Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Beberapa waktu lalu, Uni Eropa mengatakan sekitar 20 juta ton gandum harus dikeluarkan Ukraina akhir bulan depan demi memberi ruang bagi rencana panen tahun 2022 sekaligus menekan kekurangan pangan di Afrika.

Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, WHO Klaim Kasus Covid-19 Meningkat di 110 Negara

Selain itu, jika aktivitas ekspor Rusia ikut terpengaruh, maka kekurangan gizi diprediksi meningkat hingga 1,0 persen secara global.

Jumlah tersebut setara dengan 8 hingga 13 juta orang yang akan terdampak kekurangan gizi tergantung pada asumsi tingkat keparahan penguragan ekspor.

Sementara itu, OECD juga mensimulasikan minimnya ekspor biji-bijian tersebut berlanjut hingga tahun 2024 dengan asumsi tidak ada respons produksi global.

Baca Juga: Turki Cabut Hak Veto, Swedia dan Finlandia Segera Bergabung NATO dalam Waktu Dekat

Akibatnya, kekurangan gizi meningkat dan diperkirakan akan menjadi bencana baru bagi 19 juta orang di dunia.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x