Orang-orang telah blak-blakan tentang masalah ini secara di media sosial, menimbulkan serangkaian ketakutan yang dapat dimengerti tetapi tidak berdasar tentang virus tersebut.
Ketakutan tersebut didasarkan pada kemungkinan pecahnya virus zombie, atau setidaknya lebih banyak penguncian wilayah yang diberlakukan.
Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Daily Star, profesor epidemiologi di Kent State University of Public Health Tara C. Smith membahas realitas kiamat zombie.
Baca Juga: Soal Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Brigadir J, Ini Pengakuan Putri Candrawathi
"Pada kenyataannya, itu sangat tidak mungkin," katanya.
"Benar-benar tidak ada mekanisme untuk menghidupkan kembali seseorang dari kematian, terutama yang sudah lama mati," ujarnya.
Dia memang mengakui bahwa "kemarahan" zombie melalui virus pemicu kemarahan dapat terjadi.
Baca Juga: 7 Hari Lagi, Begini Cara Mengambil BSU 2022 Rp600 Ribu di Kantor Pos
"Pasti ada beberapa mikroba yang dapat mengubah perilaku dan menyebabkan agresi, dengan virus rabies yang paling dikenal.
"Ada beberapa diskusi tentang apakah infeksi mengubah perilaku manusia atau tidak, mungkin membuat beberapa manusia yang terinfeksi lebih cenderung mengambil risiko, tapi itu jelas bukan perubahan perilaku yang dramatis seperti yang kita lihat pada zombie.