Anak-anak di Gaza Dilaporkan Terancam Kelaparan, Akses Bantuan Ditolak Israel

- 11 Februari 2024, 06:10 WIB
Seorang dokter memeriksa kondisi seorang anak laki-laki di klinik sementara di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 8 Januari 2024. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad
Seorang dokter memeriksa kondisi seorang anak laki-laki di klinik sementara di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 8 Januari 2024. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad /

Baca Juga: Soal Makan Siang dan Susu Gratis, Prabowo: Siapa yang Mau Jadi Menteri Saya, Harus Setuju!

Persediaan Makanan Hampir Habis

Mahmoud Shalabi, seorang pekerja bantuan medis setempat di Beit Lahia, mengatakan bahwa masyarakat tidak dapat menemukan pakan ternak yang mereka buat menjadi tepung di pasar. Shalabi menambahkan, persediaan makanan kaleng juga hampir habis.

“Apa yang kami dapatkan sebenarnya berasal dari enam atau tujuh hari gencatan senjata pada bulan November, dan bantuan apa pun yang diizinkan masuk ke utara Gaza sebenarnya sudah habis sekarang. Apa yang dimakan orang-orang saat ini pada dasarnya adalah nasi, dan hanya nasi saja,” ungkapnya.

Ocha mengatakan bahwa jumlah misi bantuan yang dilarang memasuki Gaza utara telah meningkat, dengan 56 persen pengiriman tidak dapat mencapai wilayah tersebut pada bulan Januari, peningkatan sebesar 14 persen dari bulan Oktober hingga Desember.

Baca Juga: BLT Mitigasi Risiko Pangan 2024 Kapan Cair? Cek Prediksi Jadwal, Nominal dan Penerimanya di Sini

Ia menambahkan bahwa tentara Israel 'terkadang memerlukan pembenaran' untuk jumlah bantuan yang disalurkan ke fasilitas kesehatan, dan memaksakan pengurangan jumlah bantuan, seperti jumlah makanan.

Sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, dan wilayah tersebut telah terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan akibat kekurangan makanan dan layanan medis.

Di selatan Jalur Gaza, kekhawatiran meningkat atas nasib lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang berlindung di Rafah, banyak dari mereka di tenda-tenda plastik yang dibangun di perbatasan dengan Mesir dan juga terkurung di laut.

“Kita berada di antara hidup dan mati,” kata salah satu dari mereka, Bassel Matar.

“Kami tidak tahu apakah besok akan ada harapan untuk gencatan senjata atau akan ada perubahan di lapangan.”

Halaman:

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah