Lebih dari 35.000 Warga Palestina Meninggal Sejak Serangan Israel Dimulai, Sekjen PBB Desak Gencatan Senjata

- 12 Mei 2024, 20:58 WIB
Sekjen PBB kembali mendesak gencatan senjata di Gaza di mana Israel terus menyerang wilayah Palestina.
Sekjen PBB kembali mendesak gencatan senjata di Gaza di mana Israel terus menyerang wilayah Palestina. /Eduardo Munoz/REUTERS

PR DEPOK – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperbarui seruannya untuk dilakukannya gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza.

Hingga saat ini, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina di wilayah yang terkepung sejak serangan dimulai pada bulan Oktober.

Dalam pidato video kepada para donor internasional yang berkumpul di Kuwait pada hari Minggu, Guterres juga menyerukan pembebasan tanpa syarat semua tawanan yang ditahan oleh Hamas serta segera meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

“Gencatan senjata hanya akan menjadi permulaan,” katanya dalam video tersebut yang dilansir dari Al Jazeera, sambil memperingatkan bahwa perang akan menjadi perjalanan panjang dari kehancuran dan trauma.

Baca Juga: Lemak Nian! Inilah 5 Bakso Terenak di Palembang, Ada Bakso Ukuran Mangkok Isi Mie Ayam

Serangan Terus Menerus

Ketika Guterres mengulangi permohonannya, pasukan Israel menyerang beberapa titik di Gaza, membuat ratusan ribu pengungsi lagi yang telah melarikan diri dari perang terpaksa mengungsi. Tank-tank Israel meluncur ke Jabalia, sementara beberapa serangan menewaskan puluhan orang di Beit Lahiya di utara dan Rafah di selatan.

Kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa setidaknya 12 jenazah tiba di Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahiya.

Baca Juga: 6 Tempat Makan Bakso Paling Rekomendasi di Pekanbaru, Dapat Rating Tinggi dari Ribuan Pelanggan

Emad Oudeh, warga Beit Lahiya, mengatakan bahwa mereka tidak tahu ke mana harus pergi ketika serangan Israel semakin intensif.

“Kami terkejut. Kami tidak tahu harus berbuat apa. Kita lelah secara fisik dan mental. Kita berada di ambang menjadi gila,” ujarnya.

Jabalia adalah kamp pengungsi terbesar dari delapan kamp pengungsi di Gaza dan merupakan rumah bagi lebih dari 100.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah keturunan warga Palestina yang diusir dari kota-kota dan desa-desa di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Israel selama perang Arab-Israel tahun 1948 yang berujung pada pembentukan negara Israel.

Baca Juga: Lirik Lagu Girls Never Die oleh tripleS: Hold Me Closer Broken Myself

“Kami telah mendengar dari para saksi mata di lapangan, di daerah yang sangat padat penduduknya, bahwa tank-tank militer mengelilingi pusat evakuasi dan bangunan tempat tinggal,” kata Abu Azzoum.

Mereka yang melarikan diri dari pemboman Israel juga harus menghadapi kekurangan makanan dan pasokan medis di daerah tempat mereka berlindung.

Mahmoud Basal dari Pertahanan Sipil Palestina di Gaza mengatakan tidak ada lagi layanan medis atau bantuan kemanusiaan yang diberikan kepada para pengungsi di bagian utara Jalur Gaza.

“Kami telah kehilangan 80 persen kemampuan kami dan tidak ada yang menanggapi permohonan kami kepada lembaga-lembaga internasional,” kata juru bicara pertahanan sipil dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Rekomendasi 12 Mie Ayam Termantap dan Terlezat di Surabaya Dekat Kampus ITS

Imad Abu Zayda, seorang dokter darurat di Jabalia, mengatakan bahwa sebagian besar korban luka yang tiba di rumah sakitnya adalah wanita dan anak-anak, dan menggambarkan situasinya sangat mengerikan.

“Kami beroperasi dengan fasilitas minimal. Tidak ada penerangan karena kurangnya bahan bakar dan tidak tersedia suplemen medis karena Israel telah memperluas operasi mereka di wilayah tersebut. Kami tidak punya oksigen untuk diberikan kepada pasien,” katanya.

Di Gaza tengah, departemen pertahanan sipil melaporkan setidaknya dua korban jiwa, seorang ayah dan anak, keduanya dokter, dalam serangan Israel di Deir el-Balah pada hari Minggu.

Sedangkan di Rafah, kota paling selatan Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir, rumah sakit Kuwait mengatakan mereka menerima 18 jenazah yang tewas dalam serangan Israel selama 24 jam terakhir.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah