Soal Pernyataan Emmanuel Macron, Mahathir Mohamad Sebut Muslim Punya Hak Bunuh Jutaan Orang Prancis

- 30 Oktober 2020, 05:00 WIB
Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad.*
Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad.* / Instagram @chedetofficial/

PR DEPOK - Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad turut mengecam pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron dengan mengatakan dia tidak menunjukkan bahwa dirinya beradab.

Bahkan, Mahathir Mohamad menyebutkan bahwa Emmanuel Macron sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah bernama Samuel Paty.

"Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tapi terlepas dari agama yang dianut, orang-orang yang marah membunuh. Orang Prancis di perjalanan sejarah mereka telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim," kata dia, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari India Today.

Baca Juga: Cegah Banjir di Jaksel, Sudin SDA Keruk Kali Krukut yang Ditargetkan Rampung Awal November Mendatang

Dalam serangkaian cuitan di Twitter, Mahathir Mohamad mengatakan Muslim "memiliki hak" untuk marah dan "membunuh jutaan orang Prancis untuk pembataian di masa lalu".

Komentarnya itu muncul setelah seorang pria bersenjata pisau melancarkan serangan mematikan di Kota Nice, Prancis.

Mahathir Mohamad mengatakan, meski dirinya tidak menyetujui pembunuhan itu. Namun, kebebasan berekspresi tidak termasuk menghina orang lain.

"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu. Tetapi pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak," ujarnya.

Baca Juga: Hadapi Libur Panjang, Menhub Kunjungi Stasiun Pasar Senen, Puji KAI Disiplinkan Protokol Kesehatan

Ia menambahkan, "Orang Prancis seharusnya tidak melakukannya. Sebaliknya, Prancis harus mengajari rakyatnya untuk menghargai perasaan orang lain. Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak menghukum orang Prancis."

Untuk diketahui, sebanyak 3 orang tewas dalam serangan di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis selatan pada Kamis 29 Oktober 2020 pagi waktu setempat.

Dalam beberapa jam setelah serangan di Kota Nice, polisi dilaporkan membunuh seorang pria yang mengancam orang-orang lewat dengan pistol di Montfavet, dekat Kota Avignon di Prancis selatan.

Baca Juga: Ikuti Arahan Google Maps, Sebuah Mobil Terperosok di Tanjakan Maribaya Lembang

Menurut stasiun radio Eropa, Reuters melaporkan bahwa orang itu juga meneriakkan "Allahu Akbar".***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: India Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x