Peneliti Temukan Virus Baru di Bolivia, Berasal dari Tikus dan Gejalanya Mirip dengan Demam Berdarah

- 17 November 2020, 12:28 WIB
Ilustrasi virus.
Ilustrasi virus. /Geralt/Pixabay
 
PR DEPOK - Para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC AS berhasil mendeteksi virus langka yang dapat menular dari manusia ke manusia di Bolivia.
 
Temuan tersebut menjadi pengingat bahwa para peneliti sedang meneliti untuk mengidentifikasi ancaman virus baru bagi manusia, meski saat negara di seluruh dunia tengah memerangi gelombang baru Covid-19.
 
Ahli epidemiologi divisi patogen dan patologi konsekuensi tinggi di CDC, Caitlin Cossaboom mengatakan pada 2019, dua pasien menularkan virus ke tiga petugas kesehatan di ibu kota de facto Bolivia, La Paz.
 
 
Kemudian, salah satu pasien dan dua pekerja medis itu meninggal.
 
“Pekerjaan kami memastikan bahwa seorang residen medis muda, petugas medis ambulans dan ahli gastroenterologi semuanya tertular virus setelah bertemu dengan pasien yang terinfeksi,” kata Cossaboom, dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari The Guardian Selasa, 17 November 2020.
 
“Kami sekarang percaya banyak cairan tubuh berpotensi membawa virus,” tuturnya.
 
 
Virus ini diyakini dibawa oleh tikus, yang kemudian menularkannya ke manusia.
 
Cossaboom menerangkan, secara umum, virus yang menyebar melalui cairan tubuh lebih mudah dikendalikan daripada virus pernapasan seperti Covid-19.
 
Pasien yang terpapar virus ini akan menderita demam, sakit perut, muntah, gusi berdarah, ruam kulit dan nyeri di belakang mata.
 
Berhubung tidak ada obat khusus untuk penyakit ini, pasien hanya menerima perawatan suportif seperti cairan infus.
 
 
Sementara itu, ahli patologi lainnya di CDC, Maria Morales-Betoulle mengatakan bahwa pihaknya telah mengisolasi virus tersebut.
 
"Kami mengisolasi virusnya, dan kami berharap menemukan penyakit yang lebih umum, tetapi urutan data mengarah ke virus Chapare," tutur Betoulle.
 
Penemuan virus ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society of Tropical Medicine and Hygiene (ASTMH).
 
Virus tersebut dipandang penting karena penularan dari manusia ke manusia dapat menunjukkan potensi wabah di masa depan.
 
 
Para peneliti juga mengatakan ada kemungkinan virus telah menyebar selama beberapa tahun tanpa terdeteksi karena dapat dengan mudah salah didiagnosis sebagai demam berdarah yang memiliki gejala serupa.
 
Diketahui, para ilmuwan dapat dengan cepat mengidentifikasi, menahan, dan mengembangkan tes virus itu karena membangun kerja sama internasional dengan sejumlah organisasi kesehatan.
 
“Meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang virus Chapare, patut dipuji cepatnya tim ini dalam mengembangkan tes diagnostik, konnfirmasi penularan dari manusia ke manusia dan ungkap bukti awal dari virus pada hewan pengerat,” ujar Presiden ASTMH, Dr Joel Breman.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x