Masih Sebarkan Alat Rapid Test, Pemkot Depok Dinilai Buang-buang Waktu

9 April 2020, 15:27 WIB
KETUA Gugus Tugas Covid-19 IDI Kota Depok, Alif Noeriyanto Rahman memberikan saran untuk Pemkot Depok dalam penanganan Covid-19.* /AMIR FAISOL/PR

PIKIRAN RAKYAT - Ikatan Dokter Indonesia menilai saat ini Pemerintah Kota Depok sudah tidak perlu lagi menyebar alat rapid test ke setiap rumah sakit sebagai salah satu prosedur penanganan Covid-19.

Dalam pandangan IDI, bila pasien suspect masih harus melewati prosedur rapid test maka proses penanganan Covid-19 justru sia-sia dan hanya buang-buang waktu.

Sementara dalam memerangi pandemi ini, tim medis harus terus berpacu dengan waktu.

Ketua Gugus Tugas Covid-19 IDI Kota Depok, Alif Noeriyanto Rahman menyebut rapid test merupakan pengecekan yang berbasis antibodi dengan sensitivitasnya sekira 30 persen.

Baca Juga: Takut Tertular Virus Corona, Pria Malaysia Jalan Kaki 120 KM Menuju Rumahnya 

Rapid test bisa menyebabkan negatif palsu dan harus diulang 10 hari kemudian sehingga prosesnya akan memakan waktu terlalu lama.

Salah Kaprah

Alif mengatakan saat ini semua fasilitas kesehatan melakukan pengecekan Covid-19 melalui rapid test terlebih dulu, ulah dari pemerintah yang menyebar rapid test.

Padahal rapid test yang betul itu adalah aplikasi yang berbasis antigen maka sensitivitasnya bisa sampai 90 persen.

"Kalau untuk skrining okelah tapi kalau untuk tes pasien di rumah sakit itu buang waktu sekali," tutur Alif.

Baca Juga: Gempa Kembali Guncang Pesisir Pangandaran, Getaran Hingga Tasikmalaya 

Fokus PCR dan Kembangkan Labkesda

Selanjutnya, Alif mendesak agar Pemerintah Kota Depok segera mengejar agar pelaksanaan PCR (Polymerase Chain Reaction) bisa dilakukan secara mandiri.

Tenaga medis sudah seharusnya fokus melakukan pengecekan spesimen dengan melakukan uji swab.

Hanya saja, rencana ini bisa berhasil kalau Pemerintah Kota Depok berani mengembangkan Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) menjadi laboratorium khusus untuk penanganan Covid-19.

Dalam pandangannya, bila langkah ini diambil maka penanganan Covid-19 bisa menghemat waktu dua sampai tiga hari untuk mengetahui hasil pengecekan pasien suspect COVID-19 di rumah sakit.

Baca Juga: Sertifikat Belum Kembali, Nenek Arpah Korban Penipuan di Depok Ajukan Gugatan Perdata 

"Begitu kita tahu hasilnya negatif bisa kita pulangkan atau pindahkan ke ruang noncovid artinya perawatnya juga enggak perlu pakai baju astronot (Hazmat)," ungkapnya.

Menurutnya, langkah ini menjadi sangat mendesak untuk ditindaklanjuti lantaran masalah yang terjadi di lapangan saat ini.

Rumah sakit menjadi rentan overload karena para pasien Covid-19 masih harus menunggu hasil uji swab selama berhari-hari dari pusat.

Baca Juga: Kodir, Terdakwa Pidana Penipuan Sertifikat Tanah Milik Nenek Arpah Hanya Divonis 8 Bulan 

"Kalau kita punya (laboratorium) sendiri itu akan sangat membantu untuk terjadinya perputaran pasien, jadi pasien yang berhak masuk memang benar-benar bisa masuk dan yang negatif bisa kita pulangkan," kata dia menambahkan.

Hingga saat ini, kasus positif di Kota Depok telah mencapai 73 kasus dengan 588 Orang Tanpa Gejala (OTG), 2.256 Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan 636 Pasien Dalam Pengawasan (PDP).***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler