Mohammad Idris Beberkan Penyebab Warga Depok Rawan Tertular COVID-19

12 Agustus 2020, 18:40 WIB
Wali Kota Depok Mohammad Idris dalam konderensi pers. /Antara/Feru Lantara

PR DEPOK - Wali Kota Depok Mohammad Idris membeberkan alasan penyebab warganya rawan terjadi penularan COVID-19, salah satunya karena letak geografis kota berjuluk kota belimbing.

Mohammad Idris memetakan perbatasan-perbatasan wilayah Depok dengan beberapa kota tetangga seperti DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.

"Kota Depok di sebelah utara berbatasan dengan Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi dan sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Dengan demikian, secara geografis rawan terjadi penularan,” kata Mohammad Idris di Depok, dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara pada Rabu, 12 Agustus 2020.

Baca Juga: Ironi Polemik PJJ, Pelajar Bogor Hampir Jual Ayam Kesayangan demi Beli HP untuk Belajar Daring 

Kemudian, faktor lainnya adalah warga Depok yang bersifat komuter. Menurutnya, sekitar 1 juta lebih masyarakat Depok mencari nafkah di Jakarta dan sekitarnya dengan rata-rata usia produktif.

Selain itu, jumlah pabrik di Kota Depok juga menjadi faktor yang mendongkrak angka penularan. Sebab, sekitar 60 persen karyawan pabrik merupakan warga luar Depok.

Tidak hanya itu, sambung Mohammad Idris, kedisiplinan masyarakat juga sudah berkurang. Saat ini suasananya sudah seperti kembali normal.

Untuk itu, dia ingin adanya kebijakan bersama antara pusat dan kepala daerah di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Baca Juga: Cemarkan Nama Baik, Jerinx Ditahan Polda Bali Terkait Kasus 'IDI Kacung WHO' 

"Dengan adanya kebijakan ini agar bisa terintegrasi percepatan penanganan COVID-19 sehingga menjadi tanggung jawab bersama. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan keselamatan," katanya.

Untuk mengantisipasinya, Mohammad Idris mengeluarkan Surat Edaran untuk Protokol Kesehatan Pribadi guna mencegah penularan COVID-19 setelah Kota Depok beberapa kali menjadi wilayah zona merah.

"Kota Depok masuk zona merah lantaran mobilitas penduduknya yang tinggi. Mobilitas penduduk Depok yang tinggi ini menyebabkan lonjakan kasus konfirmasi positif," katanya.

Mohammad Idris mengatakan berdasarkan perhitungan 15 indikator kesehatan penentu warna zonasi risiko COVID-19, nilai Kota Depok terakhir 1,71. Maka Depok masuk ke dalam zona merah, yakni risiko tinggi dengan skor 0 hingga 1,8.

Baca Juga: 22 Wilayah di Depok Akan Alami Pemadaman Pengaliran Air selama 24 Jam, Berikut Daftarnya 

Dikatakannya, peningkatan kasus konfirmasi COVID-19 juga karena adanya klaster baru yakni perkantoran. Contohnya, masyarakatnya yang bekerja di luar Kota Depok kemudian positif dan menularkan keluarga mereka.

"Jadi untuk pekerja setelah kembali ke rumah harus steril dengan cuci tangan menggunakan sabun yang bersih, kemudian mandi dan baju celana direndam air panas. Setelah itu, baru berinteraksi dengan keluarga," ujarnya.

Mohammad Idris menambahkan adanya lonjakan kasus konfirmasi positif di Depok juga merupakan hasil dari semakin masifnya pendeteksian melalui rapid test maupun Swab PCR.

Baca Juga: Hindari Stunting pada Anak, Ma'ruf Amin Minta Para Ibu Berikan ASI Eksklusif 

Saat ini, kata dia, Kota Depok masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Proporsional. Sebab reproduksi efektif (Rt) masih di bawah 1 namun kondisinya genting karena mendekati 1 yaitu 0,93 sehingga perlu tindakan nyata dan kehati-hatian.

"Meski begitu, perlu diketahui, persentase kesembuhan di Kota Depok melampaui Jawa Barat dan Nasional," katanya.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler