Demam Berdarah Dengue Terus Meningkat, Kota Depok Capai 1.252 Kasus

16 April 2024, 12:30 WIB
Hingga pekan ke-15 tahun 2024, kasus DBD terus meningkat, dan di Kota Depok mencapai 1.252 kasus sejauh ini. /Brett Hondow/Pixabay

PR DEPOK - Data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan terkait kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di negara ini.

Pada pekan ke-15 tahun 2024, jumlah korban meninggal akibat DBD mencapai 475 orang, sementara kasus yang tercatat mencapai 62.001 kasus. Perbandingannya dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat peningkatan yang signifikan, dengan 22.551 kasus DBD dan 170 kematian pada tahun 2023.

Kabupaten Bandung menjadi salah satu daerah yang paling terdampak, dengan 25 kematian tercatat akibat DBD, diikuti oleh Kabupaten Jepara dengan 21 kematian, Kabupaten Subang dengan 18 kematian, Kabupaten Kendal dengan 16 kematian, dan Kota Bekasi dengan 15 kematian.

Baca Juga: Benarkah Seragam Sekolah 2024 akan Mengalami Perubahan? Ini Kata Kemendikbud

Sementara itu, kasus DBD tertinggi tercatat di Kabupaten Tangerang dengan 2.540 kasus, Kota Bandung dengan 1.741 kasus, Kabupaten Bandung Barat dengan 1.422 kasus, Kabupaten Lebak dengan 1.326 kasus, dan Kota Depok dengan 1.252 kasus.

Peningkatan jumlah kasus dan kematian ini memperlihatkan urgensi dalam mengatasi masalah DBD di Indonesia. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, menyoroti risiko bahwa kasus DBD masih akan berlanjut hingga musim pancaroba.

Pada pekan ke-13, dilaporkan bahwa kasus dengue di Indonesia mencapai 53.131 orang, dengan 404 kematian. Meskipun ada peningkatan kasus, Maxi menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menghindari kepanikan.

Baca Juga: Interpreter STY Cium Dugaan Kecurangan dalam Kekalahan Timnas Indonesia: Nice Taktik!

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Depok juga memberikan peringatan kepada masyarakat tentang tren peningkatan kasus DBD di wilayah tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati, mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat dalam pencegahan DBD sangat penting, mengingat belum adanya obat yang spesifik untuk penyakit ini.

Upaya pencegahan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pendekatan 3M Plus dan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di rumah-rumah serta penggunaan larvasida di tempat penampungan air yang terbengkalai menjadi langkah yang ditekankan.

Kerjasama antar berbagai sektor juga dianggap krusial dalam pengendalian DBD, termasuk peran aktif dari masyarakat melalui partisipasi dalam pencegahan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk tersebut.

Baca Juga: KAI Buka Promo Mudik Belakangan Extra Hemat, Ini Syarat dan Ketentuannya

Dengan kondisi ini, kerjasama lintas sektor dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD di berbagai wilayah.

Kementerian Kesehatan dan pihak terkait perlu terus mengintensifkan upaya-upaya tersebut guna menekan angka kasus DBD dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya bagi masyarakat.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler