Cek Fakta: Beredar Foto Pemberontakan Berdarah Libatkan Ulama dan Santri di Madiun, Simak Faktanya

26 November 2020, 12:21 WIB
Ilustrasi pemberontakan. /Public Domain Pictures/Pixabay

PR DEPOK – Pemilik akun Twitter @arulbaex menyebut ulama dan santri di Madiun terlibat dalam pemberontakan berdarah, yang berujung insiden penyiksaan dan penganiayaan.

Ia juga mengunggah enam foto yang digabung dalam kolase beserta klaim pembantaian ulama dan santri di Madiun pada tahun 1948 dilengkapi narasi sebagai berikut.

Informasi yang salah terkait klaim sejumlah foto merupakan insiden pemberontakan ulama dan santri. Mafindo

“Pembantaian Ulama dan Santri: Darah di Madiun September 1948

Baca Juga: Tawarkan 5 Juta untuk Beli Wajah Orang, Perusahaan Jepang Produksi Topeng Cetak 3D Realistis

Mafindo melaporkan, dikutip Pikiranrakyat-depok.com, klaim tersebut adalah salah.

Berdasarkan hasil penelusuran melalui pencarian gambar, ditemukan fakta bahwa sejumlah foto tersebut tidak berhubungan satu sama lain dan bukan merupakan foto pembantaian ulama dan santri.

Foto 1 (atas kiri)

Foto yang diambil oleh Neal Ulevich pada tahun 1976 memenangkan Pulitzer pada tahun 1977.

Baca Juga: Jam Rolex hingga Tas LV Jadi Bukti, Berikut Deretan Barang Mewah yang Dibeli Edhy Usai Terima Suap

Foto itu memperlihatkan seorang mahasiswa tergantung di taman Universitas Thammasat di Bangok.

Ketika mahasiswa berdemonstrasi menentang mantan presiden militer tersebut, polisi menanggapi dengan kekerasan yang ditunjukkan dalam foto.

Foto 2 (atas tengah)

Foto kedua merupakan potret Divisi Siliwangi yang menangkap semua simpatisan PKI di Madiun.

Baca Juga: Saat Hadiri Munas, Ma'ruf Amin Persilakan Ormas yang Tak Patuh Prinsip MUI Keluar dari Organisasi

Sebelum adanya peristiwa G30S/PKI 1965, PKI sudah melakukan pemberontakan berdarah di Madiun 19 September 1948.

Pemerintahan Soekarno menetapkan gerakan itu adalah bentuk pemberontakan terhadap NKRI.

Maka tanpa tanggung-tanggung, Indonesia mengerahkan Divisi Siliwangi untuk menggulung kekuatan PKI di Madiun dan sekitarnya.

Baca Juga: Edhy Prabowo dan 6 Tersangka Lain Diduga Terima Suap 9,8 Miliar yang Ditampung dalam Satu Rekening

Foto 3 (atas kanan)

Foto ketiga merupakan kepala dari I Gede Puger setelah dimutilasi. Pada 16 Desember 1965 sejumlah anggota RPKAD menyeret I Gede Puger, salah satu donatur Central Daerah Besar (CBD) PKI Provinsi Bali yang ditembak di depan massa kemudian dimutilasi.

Foto 4 (bawah kiri)

Foto keempat merupakan foto dari Kolonel Sarwo Edhie Prabowo yang telah berhasil menumpas PKI. Fotonya yang sedang dikerumuni massa itu dijadikan sampul buku yang berjudul “Sarwo Edhie dan Tragedi 1965”.

Foto 5 (bawah tengah)

Foto kelima merupakan adegan dari film The Killing Fields yang menggambarkan cerita seorang jurnalis Amerika, Sydney Schanberg dan jurnalis asal Kamboja, Dith Pran yang meliput situasi di Kamboja dari awal masuknya Khmer Merah.

Baca Juga: BNPB Catat 17 Daerah Penyelenggara Pilkada Serentak 2020 Zona Merah Covid-19

Sampai akhirnya, Sydney dipulangkan kembali ke negaranya.

Sementara Pran, sama seperti rakyat Kamboja lainnya, ia dipaksa untuk meninggalkan Pnom Penh dan tinggal di desa sebagai petani yang harus bekerja selama enam belas jam setiap harinya.

Foto 6 (bawah kanan)

Foto keenam merupakan foto seorang simpatisan PKI yang sedang diinterogasi oleh TNI.

Baca Juga: Terima Dana hingga 3,4 Miliar, Edhy Prabowo Gunakan Uang Suap untuk Belanja Barang Mewah di AS

Kejadian ini bermula ketika Musso seorang tokoh komunis Indonesia merencanakan untuk menguasai daerah yang strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Untuk itu, Musso menculik dan membunuh tokoh-tokoh yang dianggap musuh serta mengadu domba kesatuan TNI.

Foto tersebut merupakan foto seorang simpatisan PKI yang sedang diinterogasi oleh TNI.

Baca Juga: Terkait Kasus Korupsi Edhy Prabowo, KPK Masih Dalami Dugaan Aliran Dana ke Pihak Lain

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa klaim yang menyebut keenam foto tersebut merupakan foto ulama dan santri yang tengah dibantai adalah tidak benar atau hoaks.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Mafindo

Tags

Terkini

Terpopuler