Soal Kritik-Mengkritik Pemerintah, SBY Ibaratkan Layaknya Obat yang Bisa Cegah dan Sembuhkan Penyakit

HM
14 Februari 2021, 21:36 WIB
Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). /Instagram @sb.yudhoyono

PR DEPOK - Di tengah riuhnya sorotan publik ihwal pernyataan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) yang membuka pintu lebar bagi masyarakat untuk aktif mengkritik pemerintah, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengibaratkan sebuah kritik itu layaknya obat.

Menurut Presiden RI keenam itu, obat memang terasa pahit.

Namun, jika obat tersebut tepat guna dan diberikan dengan dosis yang tepat pula, akan membuat seseorang menjadi sehat.

Baca Juga: Desak Rilis Larangan Pegawai Pemprov Ikut Ormas Tertentu, Ferdinand: Jadi Barometer Kecintaan Anies pada NKRI

Kritik itu laksana obat & yang dikritik bisa "sakit". Namun, kalau kritiknya benar & bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan,” tulis SBY sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter resminya, Minggu 14 Februari 2021.

Kemudian pujian dan sanjungan, mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu mengibaratkan seperti layaknya gula yang memang terasa manis.

Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan justru akan mendatangkan penyakit.

Baca Juga: WHO Targetkan 65-70 Persen Populasi Lakukan Vaksinasi Demi Tekan Transmisi Covid-19, Berikut Penjelasan Ahli

Sementara, pujian & sanjungan itu laksana gula. Jika berlebihan & hanya untuk menyenangkan, justru bisa menyebabkan kegagalan,” ujar SBY melanjutkan.

Dalam setiap cuitan, tertera *SBY* yang artinya cuitan tersebut ditulis langsung oleh dirinya.

Namun, SBY tidak menjelaskan lebih jauh konteks dari cuitan-cuitannya itu.

Seperti diketahui, soal kritik-mengkritik pemerintah belakangan menjadi perbincangan publik setelah Jokowi memberi restu kepada rakyatnya untuk aktif memberi kritik dan masukan.

Baca Juga: GAR ITB Tuding Din Syamsuddin Radikal, Musni Umar: ITB Dibawa-bawa, ITB Itu Hebat!

Pernyataan itu disampaikan Jokowi dalam pidatonya di acara Peluncuran Laporan Tahunan Ombudsman RI Tahun 2021, pada Senin, 8 Februari 2021.

“Semua pihak harus menjadi bagian dari proses untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik, masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik masukan atas potensi maladministrasi, dan para penyelenggara pelayanan publik juga harus berupaya meningkatkan upaya-upaya perbaikan,” tutur Jokowi, sebagaimana dikutip dari Sekretariat Negara.

Nyatanya, niat baiknya ini ditanggapi miring oleh sejumlah pihak lantaran dianggap bertolak belakang dengan kenyataan dilapangan.

Baca Juga: KBRI Ungkap Tak Ada WNI Jadi Korban Gempa di Fukushima hingga BMKG Sebut Guncangan Hanya Picu Kerusakan Kecil

Menurut mantan dosen filsafat Universitas Indonesia Rocky Gerung, pernyataan Jokowi dinilai paradoks karena di saat bersamaan presiden seolah menutup mata akan berbagai kasus pembungkaman yang terjadi.

"Jokowi berusaha untuk memberikan semacam sinyal bahwa kami tidak anti kritik, tapi di saat yang sama, dia suruh orang untuk perkarakan si pengritik. Itu paradoks,” ujar Rocky seperti dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Tags

Terkini

Terpopuler