Harga Komoditas Mulai Alami Kenaikan Jelang Ramadhan, Menteri Perdagangan: Indonesia Memasuki Masa Supercycle

7 April 2021, 10:00 WIB
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi. /Dok. Biro Humas Kemendag

PR DEPOK - Harga komoditas menjelang Ramadhan mulai merangkak naik.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari sitis resmi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Kementerian Perdagangan, diketahui sejumlah komoditas di beberapa wilayah mengalami kenaikan secara siginifikan.

Data harga komoditas berikut diambil berdasarkan himpunan data terbaru harga komiditi ditingkat petani per 7 April 2021 pukul 07:55.

Baca Juga: Jadwal Laga Perempat Final UEFA Champions League 2020-2021

Di Indramayu, misalnya, harga gabah mengalami kenaikan sebesar 1,4 persen menjadi Rp 3.700.

Harga lakao di Kendari naik ke level 1,8 persen sehingga harganya kini menjadi Rp 28.000.

Lalu, kedelai di Grobogan mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu 3,2 persen dengan harga kini menjadi Rp 9.800.

Baca Juga: Ramalan 6 Zodiak Rabu, 7 April 2021: Sagitarius, Jangan Selalu Berpikir Materi Buat Anda Bahagia

Harga komoditi lain masih terpantau stagnan dan belum mengalami kenaikan.

Beberapa komoditi bahkan cenderung menurun, sebut saja bawang merah di Brebes yang mengalami penurunan hingga -5 persen dengan harga Rp 19.000.

Melihat kondisi tersebut, Muhammad Luthfi, Menteri Perdagangan (Mendag) RI, dikutip dari Antara, menjelaskan bahwa Indonesia akan memasuki masa supercycle, yakni masa saat harga komoditas akan mengalami kenaikan.

Baca Juga: Kapolri Cabut Telegram Larangan Media, HNW: Baiknya Kebijakan Tidak Bijak Itu Tidak Diulangi

"Indonesia akan memasuki periode supercycle, di mana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama komoditas dasar, yang diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi," kata Mendag Luthfi, Jakarta.

Menurutnya, beberapa komoditas, seperti Minyak bumi, gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), bijih besi dan tembaga, merupakan beberapa jenis komoditas tambang yang mengalami kenaikan harga.

"Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalaminya dan seperti periode sebelumnya, periode supercylce kali ini diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," ujar Muhammad Luthfi.

Baca Juga: Ramalan 6 Zodiak Rabu, 7 April 2021: Hati-hati Aries, Orang Bisa ‘Menginjak’ Saat Diberi Kesempatan

Mendag menjelaskan, terdapat beberapa variabel yang turut menjadi tren perdagangan Indonesia dan berpengaruh besar terhadap kinerja perekonomian Indonesia yang terseok di tengah pandemi.

Tren pertama, munculnya investasi karena pangsa pasar yang besar yang bisa dilihat dari sektor otomotif yang kian meluas karena pasar otomotif yang relatif besar di Indonesia.

Tren selanjutnya adalah komoditas dasar Indonesia yang mampu menghasilkan barang dan jasa dengan modal yang cukup bersaing.

Baca Juga: Identitas Pelaku Unlawful Killing Belum Diungkap, Christ Wamea: Aneh! Sudah Tersangka Tapi Masih Dirahasiakan

Oleh karena itu, komoditas dasar ini mampu memberikan keunggulan komparatif.

Salah satu produknya adalah baja stainless steel Indonesia, sekaligus menjadi produsen baja terbesar kedua di dunia.

Terakhir, komoditi perhiasan yang sektor unggulan ekspor non migas Indonesia. Sehingga komoditas ini menjadi produk yang cukup memiliki komparatif yang tinggi.

Baca Juga: Ramalan 6 Zodiak Rabu, 7 April 2021: Hati-hati Aries, Orang Bisa ‘Menginjak’ Saat Diberi Kesempatan

Melihat potensi tersebut, Mendag berharap akan banyak negara yang akan menjadi mitra dagang Indonesia.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah Jepang, Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Negara-negara tersebut tak hanya sekadar menjadi mitra dagang, namun menjadi sumber investasi perekonomian nasional dengan produk-produk yang menjadi pilar utama ekspor non migas Indonesia," katanya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA Bappebti

Tags

Terkini

Terpopuler