PR DEPOK – Ekonom senior, Faisal Basri baru-baru ini melontarkan kritik pada pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya, Jokowi percaya diri Indonesia akan segera masuk dalam peringkat 10 besar kekuatan ekonomi di dunia.
Kepercayaan diri tersebut, menurut Jokowi, didasari oleh potensi ekonomi digital di Indonesia yang telah memasuki era transformasi teknologi dan kini sedang menuju lompatan besar.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat menyampaikan sambutan pada pameran Hannover Messe 2021 Digital Edition, sebuah pameran dagang di sektor teknologi dan solusi industri manufaktur.
Menanggapi kepercayaan diri Jokowi itu, Faisal Basri mengingatkan Jokowi bahwa Indonesia sudah merupakan sebuah negara yang besar.
“Pak Presiden, kita tuh sudah besar,” kata Faisal Basri pada Kamis, 15 April 2021 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @FaisalBasri.
Menurutnya, jika menggunakan ukuran Produk Domestik Bruto berdasarkan Purchasing Power Parity (PDB-PPP), Indonesia menempati posisi ke-7.
Selain itu, Faisal Basri juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar kedua di Asia.
“No. 7 kalau pakai ukuran PDB PPP, penduduknya terbesar ke-4, penduduk muslim terbesar di dunia, negara demokrasi terbesar kedua di Asia,” tuturnya.
Akan tetapi, apabila dibagi dengan penduduk, Faisal Basri mengatakan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia berada di peringkat 100 ke bawah.
“Tapi kalau dibagi penduduk, kesejahteraan kita di nomor 100-an. Apa guna adu besar kalau kesejahteraan rakyatnya terus tercecer,” katanya lagi.
Lebih lanjut, Faisal Basri pun memaparkan kelebihan Indonesia dalam bidang ekonomi yang telah dipandang dunia.
“Kalau soal terbesar, kita punya banyak: pengekspor batu bara terbesar kedua, produsen CPO terbesar, cadangan nikel terbesar, garis pantai terpanjang ke-4, importir gula terbesar, importir BBM terbesar kedua,” tutur dia.
Karena menurut penilaiannya, hal yang terpenting adalah bagaimana rakyat sejahtera dan mendapat pekerjaan yang layak.
“Yg penting rakyat sejahtera dan dapat kerja yg layak,” ucap Faisal Basri menjelaskan.
Baca Juga: Tagihan Utang BLBI Capai Rp110 Triliun Lebih, Mahfud MD: Akan Lebih Baik Datang Sukarela ke Kemenkeu
Ia pun berharap Indonesia tidak disebut memiliki seorang Presiden yang paling banyak mengumbar janji. Padahal, lanjut dia, masih ada berbagai janji yang belum terwujud.
“Jangan sampai kita dijuluki punya presiden pengumbar janji terbanyak. Janji2 sebelumnya belum terwujud atau malah sebaliknya, janji-janji baru terus diumbar,” katanya.***