Mengapa 21 April Diperingati sebagai Hari Kartini? Simak Sejarah dan Biografi Lengkap Raden Ajeng Kartini

20 April 2022, 14:40 WIB
Ilustrasi. Sejarah Hari Kartini yang selalu di peringati setiap tanggal 21 April.** /Pixabay/

PR DEPOK - Setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati momen bersejarah Hari Kartini.

Sudahkah Anda tahu mengapa 21 April diperingati sebagai Hari Kartini? Simak artikel ini untuk mengetahui sejarah dan biografi Raden Ajeng Kartini sampai hari lahirnya diperingati seluruh bangsa Indonesia setiap tahunnya.

Raden Ajeng Kartini atau R.A Kartini yang dijuluki sebagai pahlawan emansipasi wanita lahir di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879.

Baca Juga: Kejagung Tetapkan Dirjen Kemendag Tersangka Mafia Minyak Goreng, Mardani Ali Sera: Bongkar hingga ke Akarnya

Dilansir PikiranRakyat-Depok-com dari laman kemdikbud.go.id, R.A. Kartini adalah wanita yang dikenal sebagai pelopor kesetaraan derajat wanita dan pria di Indonesia.

Kartini memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat. Dia lahir ditengah keluarga bangsawan dari seorang ayah bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan ibu bernama M.A. Ngasirah.

Ayah Kartini adalah putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai Bupati Jepara.

Baca Juga: PIP Kemdikbud 2022 Sudah Cair, Login pip.kemdikbud.go.id, Dapatkan Bantuan Rp2,2 Juta untuk Siswa SD-SMA

Silsilah keluarga Kartini dari garis keturunan ayahnya merupakan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VI bahkan jika ditelusuri ke atas merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit.

Sedangkan sang ibu tidak berasal dari keturunan bangsawan melainkan hanya rakyat biasa yakni anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Jepara.

Ayah Kartini dulu menjabat sebagai seorang Wedana atau sekarang dikenal dengan Pembantu Bupati di Mayong.

Karena peraturan kolonial Belanda mengharuskan bupati menikah dengan bangsawan, ayah Kartini meminang seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura.

Baca Juga: Login cekbansos.kemensos.go.id, Ada BLT Rp900.000 Cair Tanggal Ini untuk Penerima BPNT

Setelah itu, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat pun diangkat menjadi bupati Jepara.

Kartini kecil menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School). Namun dia hanya bersekolah sampai 12 tahun.

Hal itu lantaran ada budaya dimana anak kecil perempuan yang sudah berusia 12 tahun harus tinggal di rumah untuk 'dipingit.'

Namun berawal dari situlah perjuangan hidup Kartini mengangkat derajat wanita dimulai.

Baca Juga: Punya e-KTP dan Usaha? Segera Daftar BPUM 2022 BLT UMKM untuk dapat Rp600 Ribu

Selama tinggal di rumah, Kartini belajar sendiri dan mulai menulis surat-surat kepada teman korespondensinya yang kebanyakan berasal dari Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon.

Lewat Rosa Abendanon, Kartini mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang menyulut api baru di dalam hati Kartini, yaitu tentang kemajuan berpikir perampuan Eropa.

Dia mempunyai keinginan untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial amat rendah.

Kartini merasa banyak diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita dimana beberapa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan.

Baca Juga: BPNT Kartu Sembako April 2022 Ditambah, Buka cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek Daftar Penerima Rp900.000

Di usia ke-20 tahun, Kartini telah membaca berbagai jenis buku, koran, hingga majalah berbahasa Belanda.

Kartini kecil sering juga mengirimkan beberapa tulisan yang kemudian ia kirimkan kepada salah satu majalah wanita Belanda yaitu De Hollandsche Lelie.

Buku-buku bertulisan belanda tersebut membuat pemikiran Kartini makin terbuka dan semakin maju.

Berkat ketertarikannya membaca buku, ia juga mempunyai pengetahuan yang cukup luas soal ilmu pengetahun dan kebudayaan.

Baca Juga: Cara Daftar PIP Kemdikbud 2022, Buka pip.kemdikbud.go.id dan Dapatkan Rp2,2 Juta bagi Siswa SD, SMP, dan SMA

Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum.

Sayangnya saat semangat memperjuangkan hak-hak wanita sedang berapi-api, Kartini disuruh menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 12 November 1903.

Beruntung, Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat sangat mengerti dengan cita-cita Kartini hingga memperbolehkannya membangun sebuah sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang.

Dari pernikahannya dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini mempunyai seorang anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir 13 September 1904.

Baca Juga: Dirjen Perdaglu Kemendag Jadi Tersangka, Said Didu: Hanya Pelaksana Tugas Praktik Oligarki

Empat hari setelah melahirkan sang anak, tepatnya pada 17 September 1904 Kartini mengembuskan napas terakhir.

Kartini wafat di usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Wafatnya R.A. Kartini tidak serta-merta mengakhiri perjuannya semasa hidup untuk mengangkat derajat kaum wanita.

Salah satu teman Kartini di Belanda yakni Mr. J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat yang dulu pernah dikirimkan oleh Kartini kepada teman-temannya di Eropa.

Baca Juga: Dirjen Kemendag Jadi Tersangka Kasus Mafia Minyak Goreng, Syahrial Nasution: Mengundurkan Diri Tentu Mulia

Abendon kemudian membukukan seluruh surat itu dan diberi nama Door Duisternis tot Licht yang jika diartikan secara harfiah berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1911 dan cetakan terakhir ditambahkan surat “baru” dari Kartini.

Namun, pemikiran-pemikiran Kartini dalam surat-suratnya tidak pernah bisa dibaca oleh beberapa orang pribumi yang tidak dapat berbahasa Belanda.

Baru pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendanon yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran” dengan bahasa Melayu.

Baca Juga: PIP Kemdikbud Cair untuk Siapa Saja? Simak Syarat dan Cek Penerima Bantuan Pendidikan untuk Siswa SD-SMA

Tahun 1938, salah satu sastrawan bernama Armijn Pane yang masuk dalam golongan Pujangga Baru kemudian menerbitkan versi translasinya sendiri dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang."

Pada 2 Mei 1964 Presiden Soekarno pun mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964 yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Melalui Kepres tersebut, Soekarno juga menetapkan tanggal lahir Kartini yaitu 21 April sebagai Hari Kartini yang terus diperingati hingga sekarang.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: LPMP Riau

Tags

Terkini

Terpopuler