Cerita Sutiono Jadi Relawan Pengubur Pasien Covid-19, Tidur di Atas Nisan demi Cegah Penolakan Warga

9 Juli 2020, 11:04 WIB
Pihak kepolisian membantu prosesi pemakaman korban Covid-19.* /Dok. Polres Klungkung

PR DEPOK - Tak banyak orang yang mau menjadi relawan yang membantu dalam menangani pandemi virus corona baik menjadi petugas medis maupun relawan yang menguburkan korban meninggal akibat penyakit tersebut.

Pasalnya, para relawan tersebut harus siap dengan risiko tertular dan bahkan bisa kehilangan nyawa saat melaksanakan tugasnya. Belum lagi para relawan harus terus mengurus pasien positif maupun meninggal yang jumlahnya terus bertambah setiap harinya.

Hanya ketulusan hati seseorang yang rela melakukan hal tersebut. Begitupun yang dilakukan Komisaris Polisi (Kompol) Sutiono yang merupakan salah satu Anggota Kepolisian Polresta Malang, Jawa Timur (Jatim), yang bersedia menjadi relawan pemakaman jenazah pasien covid-19.

Baca Juga: Bukan Hanya Tunda CPNS, Menpan-RB Tjahjo Kumolo Pertimbangkan Bubarkan Sejumlah Lembaga Negara 

Dilansir PMJ News oleh Pikiranrakyat-Depok.com, Kamis 9 Juli 2020, Kompol Sutiono bersedia menjadi relawan saat Kapolresta Malang, Kombes Pol Leonardus Simarmata meminta beberapa anggota polisi menjadi relawan untuk memakamkan jenazah pasien meninggal virus corona.

Pria yang juga menjabat Kepala Satuan Intelijen dan Keamanan di Polresta Malang Kota itu tak pernah menolak untuk melaksanakan tugas mulia yang penuh risiko tersebut.

Bahkan di kepalanya tak pernah terbesit sedikit pun soal upah dan penghargaan ketika dirinya menjadi orang yang berada di garda terdepan dalam proses pemulasaran jenazah pasien covid-19.

Hati kecilnya bahkan sempat takut untuk menjadi relawan jenazah pasien covid-19 tersebut.

Baca Juga: Pasangan Suami-Istri Sakau, Bayi Laki-laki Dijual Seharga Rp 123 Juta demi Belanjakan Narkoba  

Namun setelah mendapatkan masukan dengan menerapkan standar pemakaman yang ketat dari para dokter, ia ikhlas melaksanakannya. Hanya doa yang menjadi pengawalnya agar terhindar dari penularan virus berbahaya itu.

"Iya, siapa yang enggak takut tertular? Di awal saya benar-benar takut. Tapi saat komunikasi dengan dokter gimana caranya supaya tidak tertular dan karena setiap hari seperti itu dan saya pun akhirnya menjadi terbiasa sampai sekarang," ucap Kompol Sutiono.

Tak tanggung-tanggung akibat jumlah pasien meninggal akibat pandemi tersebut terus bertambah. Ia bersama relawan lainnya pun harus menjaga waktu istirahat karena jika kelelahan dapat mengurangi daya tahan tubuh.

Maka dari itu Kompol Sutiono pun harus rela beristirahat hingga tidur di tempat pemakaman umum atau TPU. Ia kerap memakamkan lebih dari satu jenazah dalam sehari, bahkan pemakamannya terkadang dilakukan pada malam hari dan dini hari.

Baca Juga: Pasangan Suami-Istri Sakau, Bayi Laki-laki Dijual Seharga Rp 123 Juta demi Belanjakan Narkoba  

"Benar-benar penting menjaga daya tahan tubuh untuk terus fit. Stamina harus bagus. Jarak jauh tetap harus dilakukan pemakamannya. Bisa sampai dini hari, tidak mungkin balik ke rumah. Kalau memang lelah ya sudah tidur di situ (di atas nisan)," kata dia.

Ia mengatakan, selama pandemi virus corona merebak, dirinya sudah lebih dari 57 jenazah pasien meninggal virus corona yang dibantu proses pemakamannya.

Bahkan dalam satu kesempatan, ia pernah merasa sedih saat melihat jenazah yang terlalu lama menunggu pemuka agama baik itu ustaz maupun pendeta untuk mendoakan proses pemakaman.

"Kemarin sempat kami tunggu pendeta enggak datang, menunggu ustaz juga begitu. Pada akhirnya ya sudah lah anggota saya yang memimpin doa lalu kami kubur. Karena tidak bisa berlama-lama memakamkan korban corona ini," ujarnya.

Baca Juga: Ditopang Peningkatan Konsumsi Bahan Bakar di AS, Harga Minyak Dunia Lanjutkan Kenaikannya 

Ia tetap selalu berpikir positif dan selalu berusaha menghibur diri dengan merasa bahagia. Ia tak mau mengeluh dengan apa yang dikerjakannya saat ini. Baginya ini adalah tugas mulia untuk kemanusiaan.

“Saya ikhlas mengerjakannya. Ini untuk kemanusiaan. Untuk memakamkan pasien Covid-19 itu butuh prosedur tersendiri dan saya sudah bisa melaksanakan itu sesuai dengan prosedur yang ada,” ucapnya.

Selain membantu proses pemakaman, Kompol Sutiono pun mendapatkan tugas untuk mengawal serta mencegah adanya penolakan pemakaman jenazah pasien covid-19 warga dan keluarga korban.

Baca Juga: Bule Nangis Tersedu-sedu Usai Jadi Korban Penjambretan di Bali, HP dan Paspor Raib Digondol Pelaku 

“Kalau ada yang nolak, tentu kami jelaskan secara humanis. Kalau ada keluarga yang meminta untuk ke rumah dulu, kita laksanakan dengan syarat peti tak boleh dibuka," ucap Kompol Sutiono.

"Dan saya juga harus mengingatkan pihak keluarga tentang protokol pemulasaran jenazah kepada keluarga pasien yang belum memahami aturan. Meski pun kadang sulit menjelaskannya, namun pelan-pelan saya berusaha agar keluarga memahami,” katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler