Lempeng Sunda Alami Pergerakan, BMKG: Gempa dan Tsunami Berpotensi Terjadi di Selatan Pulau Jawa

28 September 2020, 16:48 WIB
Ilustrasi tsunami.* /Pixabay/Kellepics./

PR DEPOK – Baru-baru ini pergerakan lempeng tektonik yang cukup aktif terdeteksi di wilayah Indo-Australia dengan Eurasia.

Hal itu berdasarkan temuan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari RRI, Senin 28 September 2020, Rahmat mengatakan bahwa pergerakan lempeng tersebut dapat mengarah kepada potensi gempa yang akan menimbulkan tsunami di selatan Pulau Jawa.

Baca Juga: Kisah Wanita yang Dikurung dan Dilecehkan Ayahnya Selama 24 Tahun, Sempat Lahirkan 7 Anak di Gudang

“Ada pergerakan lempeng tektonik di Indo-Australia dengan Eurasia atau Lempeng Sunda di sebelah utaranya, sehingga lokasinya ada di selatan Jawa di laut lepas,” kata Rahmat dalam keterangannya.

Lebih lanjut Rahmat menerangkan, titik pergerakan berada di sekitar 200 kilometer dari garis pantai di selatan Jawa ke arah laut bagian selatan. Lempeng tersebut terus mengalami pergerakan sekitar 6 hingga 7 centimeter per tahun.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi) Eko Yulianto, mengatakan bahwa gempa dan tsunami raksasa akan berulang di jalur-jalur tunjaman lempeng.

“Jalur-jalur ini akan tetap menghasilkan gempa dan tsunami raksasa di masa datang. Tiap-tiap jalur memiliki waktu perulangan ratusan hingga ribuan tahun,” ujar Eko.

Baca Juga: PM Vanuatu Dinilai Tak Hargai Kedaulatan NKRI, DPR: Belajar Lagi Soal Etika HI, Biar Paham!

Sebelum BMKG merilis pernyataan terkait pergerakan lempeng Sunda ini, masyarakat sudah lebih dulu dibuat panik dengan adanya hasil riset yang dikeluarkan oleh penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa ada potensi tsunami setinggi 20 meter yang akan melanda wilayah laut selatan Pulau Jawa.

Menanggapi kepanikan atas informasi yang beredar di masyarakat, BMKG menegaskan bahwa riset yang dilakukan oleh ITB hanyalah pemodelan untuk acuan mitigasi bencana. Hasil riset tersebut bukanlah prediksi bahwa tsunami megathrust akan terjadi di selatan Pulau Jawa.

Pihak BMKG juga mengatakan bahwa kepanikan tersebut terjadi karena adanya pemahaman yang keliru dari masyarakat.

Baca Juga: Omzet Menurun, Sejumlah Pedagang Pasar Baru Gelar Demonstrasi Minta Pemkot Bandung Buka Jalan Otista

Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dan panik ketika mendapatkan informasi bencana.

“Kami berharap masyarakat terus meningkatkan literasi, selanjutnya tidak mudah kagetan setiap ada informasi potensi bencana,” ungkap Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler