Peneliti Temukan Sejumlah Kasus Infeksi, Waspada Wabah Norovirus di Indonesia

19 Oktober 2020, 10:17 WIB
Gejala dan penyebab norovirus yang menyerang Tiongkok. /PIXABAY/Darko Djurin

PR DEPOK – Tiongkok kembali harus menghadapi serangan virus yang menginfeksi bagian organ pencernaan.

Disampaikan oleh Otoritas Kesehatan Tiongkok, virus yang dikenal sebagai Norovirus ini dinilai telah memicu kejadian luar biasa (KLB) di negara tirai bambu tersebut.

Kejadian Luar Biasa atau KLB adalah status yang menunjukkan kondisi di mana suatu negara tengah menghadapi peristiwa penyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Ucapkan Insya Allah Untuk Kemenangan Khabib Nurmagomedov

Menanggapi serangan Norovirus ini, seorang pakar dari FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam SpPd(K) MMB, FINASIM, FACP, mengatakan bahwa Norovirus bukan virus baru dan tak hanya terjadi di Tiongkok saja.

"Virus ini sebenarnya bukan virus baru. Norovirus menjadi salah penyebab utama terjadi infeksi usus akut (gastroenteritis) di seluruh dunia," kata Guru Besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM tersebut melalui siaran pers pada Senin, 19 Oktober 2020 seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Dalam keterangannya, Ari menyebutkan bahwa Norovirus juga mulai terjadi di Indonesia seperti yang dilaporkan oleh peneliti Indonesia dalam Journal of Medical Virology pada Mei 2020 lalu.

Baca Juga: Dukung Kemenangan Khabib Nurmagomedov, Cristiano Ronaldo: Insya Allah Saudara Saya Menang

Penelitian tersebut menunjukkan terdapat 14 sampel atau sekitar 15,4 persen dari total 91 sampel feses yang mengandung Norovirus.

"Sampel penelitian yang dilakukan di awal tahun 2019 ini diambil dari beberapa RS di kota Jambi. Kasus yang sama juga pernah dilaporkan dari beberapa kota di Indonesia," ujar Ari.

Namun, virus yang menyerang saluran pencernaan ini berbeda dengan virus SARS-CoV-2 yang ditularkan lewat percikan atau droplet yang mana Norovirus ditularkan lewat makanan atau dikenal dengan istilah food borne.

Baca Juga: Luncurkan Program Vaksinasi Covid-19 dari 3 Negara, Epidemiolog Minta Pemerintah Tak Gegabah

Lebih lanjut, Ari memaparkan bahwa gejala yang biasanya timbul akibat keracunan makanan di antaranya demam, sakit perut, diare, mual dan muntah. Gejala umumnya muncul dalam rentang waktu 24 jam usai menyantap makanan yang tercemar.

"Gejala klinis ini juga muncul pada kejadian luar biasa Norovirus yang terjadi di Tiongkok, tepatnya di Provinsi Shanxi," imbuh Ari.

Sementara itu, data yang dikumpulkan dari Center for Disease Control and Prevention Tiongkok menunjukkan lebih dari 30 kejadian luar biasa telah terjadi sejak September 2020.

Baca Juga: Wanita Mualaf Nekad Bakar Diri hingga Tewas, Diduga Depresi Ditinggal Suami dan Dicampakkan Keluarga

15.000 kasus di antaranya terjadi akibat penularan di kantin karena adanya makanan yang tercemar.

"Norovirus bukan virus baru dan bisa ditemukan di banyak negara, biasanya bermula dari restoran yang makanannya tercemar oleh Norovirus ini dan akhirnya terjadi kejadian luar biasa akibat banyak pelanggan restoran tersebut yang terinfeksi," tutur pakar dari FKUI RSCM tersebut.

Menurutnya, sejumlah upaya dapat dilakukan untuk mencegah KLB Norovirus ini, seperti menjaga kualitas makanan yang disediakan restoran, kantin atau di rumah.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Pemkot Depok Perpanjang Pembatasan Jam Operasional Usaha

Ia pun mengimbau agar masyarakat rajin-rajin mencuci tangan memakai sabun.

"Sampai saat ini prinsip penanganan kalau terinfeksi oleh virus ini adalah memberikan obat-obatan untuk menghilangkan gejala sakit dan mencegah terjadinya dehidrasi akibat muntah dan diare," ucapnya.

"Mengganti makanan dengan yang lebih lunak seperti bubur dan menghindari makan pedas dan berlemak," tutur Ari di akhir keterangannya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler