Dlm demokrasi, gerundelan orang itu biasa, apalagi keluhan kader, klau itu langsung dituduh mau kudeta bla bla ini namanya menutup perbedaan, ini bukan cuma karakter baper tp potensi jd orang tiran. Demokrat tanpa orang demokrat.— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) February 2, 2021
"Dlm demokrasi, gerundelan orang itu biasa, apalagi keluhan kader, klau itu langsung dituduh mau kudeta bla bla ini namanya menutup perbedaan," ujar Aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) itu.
Menurut Guntur Romli, tindakan AHY dengan mengumumkan adanya kudeta terhadap kepemimpinan Partai Demokrat bukan hanya menunjukan karakter baper (bawa perasaan) dari AHY, tetapi juga berpotensi mejadi orang tiran.
"Ini bukan cuma karakter baper tp potensi jd orang tiran. Demokrat tanpa orang demokrat," ujar dia.
Menurut dia, kata kudeta tidak tepat digunakan untuk hal yang dilakukan oleh pihak luar atau yang telah menjadi 'mantan'.
Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu juga mengatakan bahwa pemerian istilah kudeta harusnya disebut kepada upaya pengambilalihan kekuasaan dari dalam (internal).
Pake istilah kudeta, tapi yg disebut orang2 yg sudah mantan & orang luar, pdhal kudeta mestinya dari dalam, meski bisa jadi pake tangan luar, misalnya dulu kudeta pake KPK, klau gosip kudeta skrng ini gimana? Jangan2 produk halu orang sakau nyabu— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) February 2, 2021
"Pake istilah kudeta, tapi yg disebut orang2 yg sudah mantan & orang luar, pdhal kudeta mestinya dari dalam, meski bisa jadi pake tangan luar, misalnya dulu kudeta pake KPK, klau gosip kudeta skrng ini gimana? Jangan2 produk halu orang sakau nyabu," kata Guntur Romli dalam cuitannya.***