Namun, menurutnya, dengan vaksin dunia bisa mengubah Covid-19 menjadi penyakit yang mirip flu musiman sehingga tidak akan menyebabkan banyak rumah sakit penuh.
''Skenarionya itu begini. Dengan vaksin, dunia itu bisa mengubah Covid-19 menjadi penyakit yang mirip flu musiman. Ya, virus korona mungkin masih ada dan menginfeksi orang. Tapi vaksin dapat membuat Covid-19 tak lagi menyebabkan rumah sakit penuh dan kewalahan," ucap dia menjelaskan.
Skenarionya itu begini. Dengan vaksin, dunia itu bisa mengubah Covid-19 menjadi penyakit yang mirip flu musiman. Ya, virus korona mungkin masih ada dan menginfeksi orang. Tapi vaksin dapat membuat Covid-19 tak lagi menyebabkan rumah sakit penuh dan kewalahan.— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) February 5, 2021
Lebih lanjut, dokter spesialis penyakit dalam ini pun menekankan bahwa dirinya sangat optimis dengan hal tersebut.
"Nah, yang jadi diskursus harusnya bukan melulu vaksin membentuk herd immunity. Itu belakangan. Yang krusial ialah vaksin mencegah orang tidak sakit parah hingga butuh perawatan di rumah sakit," katanya menambahkan.
Saya optimistis itu terjadi. Kenapa? Dari sejarahnya kan vaksin sudah terbukti.
Nah, yang jadi diskursus harusnya bukan melulu vaksin membentuk herd immunity. Itu belakangan. Yang krusial ialah vaksin mencegah orang tidak sakit parah hingga butuh perawatan di rumah sakit.— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) February 5, 2021
Menurutnya, yang seharusnya menjadi diskursus bukan melulu soal vaksin membentuk herd immunity, tapi yang krusial adalah vaksin mencegah orang tidak sakit parah hingga butuh perawatan di rumah sakit.
Bahkan, Zubairi mencontohkan dengan adanya uji klinis vaksin yang mengklaim 85 persen berhasil melindungi orang dari penyakit parah.
"Satu contoh saja dari uji klinis vaksin Johnson & Johnson--yang mengklaim 85 persen berhasil melindungi orang dari penyakit parah. Alhasil, tak ada satu orang pun yang menerima vaksin itu dirawat di rumah sakit. Tentunya ada uji vaksin lain dengan hasil beda. Ini contoh saja," ujarnya dalam rangkaian cuitannya.
Satu contoh saja dari uji klinis vaksin Johnson & Johnson--yang mengklaim 85 persen berhasil melindungi orang dari penyakit parah.
Alhasil, tak ada satu orang pun yang menerima vaksin itu dirawat di rumah sakit. Tentunya ada uji vaksin lain dengan hasil beda. Ini contoh saja.— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) February 5, 2021
Zubairi menilai bahwa yang patut dicatat saat ini ialah Indonesia sangatlah beruntung lantaran mendapatkan stok banyak vaksin dari Sinovac mengingat di Eropa justru kini kebingungan karena terlambat memesan vaksin.