Akan tetapi, ia juga yakin bahwa presiden akan bersikap realistis dan tidak ingin membuat putranya shocked atau kaget sendiri lantaran harus melompat langsung ke DKI 1.
“Karena kematangan politiknya, usianya, belum bisa mencukupi kalau dia mau bertarung di level yang lebih atas. Barangkali dia harus magang dulu sebagai Wali Kota Solo satu periode. Kalau ada peluang, melihat pemilihan gubernur dia akan masuk ke sana, tapi kalau tidak ada peluang, dia akan bertarung untuk periode kedua,” ucapnya.
Refly Harun lantas menyinggung soal kematangan berpolitik Gibran yang belum mencukupi jika nantinya dia harus melawan Anies Baswedan dalam sejumlah debat.
“Bisa dibayangkan kalau dia head to head dengan Anies, bisa dibantai Anies dalam debat-debatnya kan,” kata dia.
Dengan pertimbangan tersebut, Refly Harun lebih condong pada kemungkinan bahwa penghentian pembahasan RUU Pemilu ini lebih pada oligarki kekuasaan istana yang tidak menginginkan Anies Baswedan menjadi calon presiden potensial.
“Oligarki kekuasaan itu pastilah oligarki yang sekarang berkuasa. Mereka khawatir kalau Anies menjadi tokoh yang akan menjadi presiden di 2024, maka arus kiri luar ini akan digantikan oleh arus kanan. Itu yang sebenarnya lebih dikhawatirkan ketimbang berspekulasi mengenai Gibran,” ujar Refly Harun.
***