“Jadi bagaimana mungkin ITB yang awalnya adalah kampus kritis tiba-tiba jadi sarang buzzer? Ini absurd,” ucap Rocky Gerung.
Kemudian, Rocky Gerung menjelaskan bahwa dia pernah mengajar di ITB sejak tahun 1980-an dan memiliki banyak kenalan.
Baca Juga: Sidang Kasus Video Mesum Miliknya Segera Digelar, Gisel Mengaku Takut Dipenjara
Saat itu, lanjutnya, keadaan di ITB masih bernuansa akademis di mana para mahasiswanya masih aktif memberikan kritik terhadap kekuasaan pemerintah.
“Saya bergaul banyak dengan teman-teman ITB dari zaman kelompok diskusi awal tahun 80-an, saya masih mengajar dosen tamu di magister manajemen ITB dan masih terlihat suasana akademis, memberi kritik,” tuturnya.
Lebih lanjut Rocky Gerung mengungkapkan bahwa ITB adalah kampus radikal yang selalu mengangkat persoalan yang terjadi pada bangsa Indonesia.
“Jadi ITB dari awal memang kampus yang radikal, radikal dalam arti mempersoalkan akar-akar persoalan bangsa,” ujarnya.
Bahkan, tambah dia, dulu ada tradisi di ITB untuk belajar ilmu sosial tepatnya di awal tahun 1980-an.
Menurut Rocky Gerung, tradisi tersebut dihaidrkan supaya mahasiswa memiliki peralatan untuk mengkritik orde baru saat itu.