PR DEPOK - Nama Teddy Gusnaidi tampaknya tak asing bagi warganet yang sering mengamati isu politik di media sosial.
Pasalnya pria yang merupakan Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) tersebut sering muncul memberikan tanggapan dan kritikannya terkait suatu isu politik yang berkembang di Indonesia.
Namun dalam beberapa isu yang berkaitan dengan agama, pendapat Teddy kerap kali menuai polemik di media sosial hingga akhirnya sebutan anti Islam disematkan pada dirinya oleh sebagian warganet.
Baca Juga: Pakar LIPI Sebut KLB Partai Demokrat Buat Publik Jengah: Etika dan Moral Politik Sudah Tidak Ada!
Hal itu disampaikan baru-baru ini oleh Teddy melalui akun Twitternya @TeddyGusnaidi.
Dia mengaku sering disebut anti Islam lantaran mengomentari suatu masalah yang berbau agama seperti budaya arab yang ia sebut bukan bagian dari agama.
Kemudian pendapat terbarunya yang menyamakan status Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga menuai banyak kritikan, khususnya dari orang-orang Muslim.
"Gue blg budaya arab bukan agama, dituduh anti Islam. Gue blg MUI itu LSM, dituduh anti Islam," kata Teddy Gusnaidi pada Jumat, 5 Maret 2021.
Selain itu, pendapatnya yang mengkritik kinerja pemimpin juga dipermasalahkan karena ia sempat mengoreksi kebijakan pemimpin daerah yang menurutnya telah mengambil peran Allah.
Label anti Islam juga Teddy dapatkan ketika ia menyampaikan pandangannya soal minuman keras (miras) yang belakangan ini ramai diperbincangkan publik.
Baca Juga: Pengamat Politik Sebut Partai Demokrat Terancam Tak Ikut Pemilu 2024 Usai Terpecah Jadi 2 Kubu
"Gue koreksi kebijakan kepala daerah yg mengambil peran Allah, dituduh anti Islam. Gue luruskan soal Miras di Perpres, dituduh anti Islam," ucapnya.
Meski demikian, Teddy mengaku tak mempermasalahkan sebutan anti Islam yang ditujukan pada dirinya.
Namun, seolah menyindir ia meminta pada warganet agar tak menyebut dirinya anti Chelsea Islan.
"Ok aja, asal jgn dituduh anti chelsea Islan ya.," ujar Teddy seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Minggu, 7 Maret 2021.
Seperti diketahui sebelumnya, Teddy sering mengomentari suatu permasalahan yang ramai menjadi topik pembicaraan publik.
Salah satu isu terbaru yang membuat dirinya dilabeli anti Islam adalah perihal kritikannya pada Walikota Bukittinggi yang mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk shalat berjamaah.
Menurut Teddy, apabila terdapat sanksi bila tidak mengerjakan shalat berjamaah, maka para ASN akan melaksanakan ibadah karena takut disanksi, bukan lagi karena Allah.
Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 7 Maret 2021: 37.456 Positif, 33.315 Sembuh, 755 Meninggal Dunia
Maka dari itu, ia menilai bahwa kebijakan tersebut telah mencaplok kewenangan Allah.
Gue blg budaya arab bukan agama, dituduh anti Islam. Gue blg MUI itu LSM, dituduh anti Islam. Gue koreksi kebijakan kepala daerah yg mengambil peran Allah, dituduh anti Islam. Gue luruskan soal Miras di Perpres, dituduh anti Islam
Ok aja, asal jgn dituduh anti chelsea Islan ya.. pic.twitter.com/bI8L3Y3WT6— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) March 5, 2021
"Ibadah dilaksanakan bukan karena Allah, tapi karena takut kena sanksi dari Kepala daerah. Kewenangan Allah dicaplok kepala daerah," kata Teddy pada Jumat, 5 Maret 2021.***