“Kodok. Saya punya kodok kecil-kecil, supaya apa? Supaya dia memakan serangga, nyamuk. Kenapa? Nggak usah disemprot-semprot, itu adalah petugas semprot alam. Pelihara aja kodok banyak-banyak, jadi jentik-jentik itu dimakan kodok. Ketika mulai sudah jadi nyamuk, dimakan kodok,” jelasnya.
Ketiga, kupu-kupu. Megawati menuturkan proses untuk menjadi kupu-kupu adalah berawal dari seekor ulat yang kemudian menjadi kepompong.
Ia menyebut menjadi kepompong sangat menderita karena seolah disuruh sembunyi di penjara dalam waktu yang lama, dan setelah itu diizinkan keluar menjadi kupu-kupu yang indah.
“Untuk apa? Dia menghisap madu, bunga-bungaan. Apa artinya? Dia menyebarkan telurnya, untuk supaya apa? Untuk memberi makan kepada makhluk yang lain,” imbuhnya.
Baca Juga: Segera Daftar Kartu Prakerja Gelombang 16 di prakerja.go.id dan Ketahui Tanda Lolos Kartu Prakerja
Megawati pun menegaskan itu adalah filosofi tinggi yang bisa diambil dari binatang. Seharusnya, sebagai manusia yang memiliki akal, kita bisa lebih bermanfaat untuk sesama bukan malah menjadi penjahat.
“Itu hanya binatang saja loh filosofinya sangat tinggi. Kerja mereka diperintah oleh Allah, kita dikasih pikiran tapi malah jadi penjahat. Mereka tidak pernah, hidup dengan bersih. Kalau boleh ada hati, hatinya suci. Hanya untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh yang di atas. Eling! Pada eling!” tegasnya.
Pernyataan Megawati ini pun kemudian turut dikomentari mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu melalui akun Twitter pribadinya @msaid_didu pada Kamis, 25 Maret 2021.
Said Didu mengatakan tidak apa-apa jika mengambil filosofi kehidupan dari kodok, asal jangan menirukan gaya yang dimiliki kodok.