Kurangi Risiko Penularan Covid-19, Pengungsi Banjir NTT Dapat Dana Tunggu Hunian Rp500.000 per KK Setiap Bulan

- 7 April 2021, 14:37 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo di Bandara Maumere NTT, Senin 5 April 2021.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo di Bandara Maumere NTT, Senin 5 April 2021. /Dok. BNPB/

PR DEPOK - Para pengungsi bencana banjir bandang di Nusa Tengara Timur (NTT) akan diberikan dana tunggu hunian per Kepala Keluarga (KK) setiap bulannya.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo pada Selasa, 6 April 2021.

Doni menyebut bahwa dana tunggu hunian yang diberikan kepada pengungsi sebesar Rp500.000 per KK setiap bulan.

Baca Juga: Transformasi di Bidang Perekonomian Disebut Menko Airlangga Membutuhkan Dukungan dari Seluruh Jajaran Polri

"Karena sedang pandemi kita berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi risiko penularan Covid-19, dengan cara memberikan fasilitas dana tunggu hunian sebesar Rp500.000, tempat pengungsian ini kita upayakan sedikit mungkin," kata Doni Monardo dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Rabu, 7 April 2021.

Menurutnya, dana tunggu hunian tersebut nantinya bisa dipakai menyewa rumah milik keluarga atau kerabat terdekat pengungsi. Langkah ini dilakukan agar tingkat hunian di pengungsian sesuai kapasitas atau dapat diminimalisir.

Terkait pemberian dana tunggu hunian tersebut, Doni mengatakan pihaknya kini tengah menunggu usulan dari pemerintah daerah (pemda).

Baca Juga: Nicho Silalahi Sentil Komnas HAM Soal Insiden 'Pembantaian' Bawaslu dan KM 50: Bubarkan Saja, Gak Ada Gunanya!

Selain itu, kata dia, BNPB juga melakukan pendataan dan verifikasi terhadap rumah warga yang mengalami kerusakan parah atau tidak dapat dihuni kembali.

"Daftar nama ini harus akurat yang akan diserahkan kepada BNPB, dan akan disalurkan dananya. Ini semata-mata untuk memutus mata rantai penularan dalam situasi bencana seperti sekarang kerumunan harus betul-betul kita hindari," ujarnya.

Sementara itu, diketahui tingkat kematian akibat Covid-19 di NTT sebesar 2,74% sama dengan angka kematian nasional. Bahkan, lanjutnya, kasus aktif Covid-19 meningkat di atas kasus aktif nasional.

Baca Juga: Sebut Said Aqil Hanya Bicara Radikalisme Sejak Jadi Komut KAI, Christ: sebagai Ulama Harusnya Menyejukkan

"Memang dalam tiga bulan terakhir ini NTT mengalami peningkatan kasus aktif Covid-19 berada di atas kasus aktif nasional, kasus kesembuhannya pun berada di bawah angka kesembuhan nasional. Secara umum memang terlihat NTT mengalami penaikan yang signifikan setelah liburan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021," ucapnya.

Padahal, menurut Dino, NTT sempat memiliki kasus positif Covid-19 rendah sewaktu Jakarta menghadapi kasus pertama tersebut sepanjang Maret 2020-November 2020. Angka ini naik setelah libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021 selesai.

"Namun setelah adanya kegiatan liburan panjang Natal dan Tahun Baru 2021 membuat semua kabupaten/kota di NTT terdampak Covid-19," tuturnya.

Sebelumnya, dalam upaya penanganan bencana di NTT, BNPB telah mengerahkan tiga unit helikopter guna menjangkau distribusi logistik di beberapa desa yang terisolir.

Baca Juga: Minta Publik Tak Khawatirkan Aturan Royalti Lagu, Kunto Aji: Dengan Senang Hati Lagu Saya Dibawakan Gratis

Langkah itu dilakukan megingat akses jalan terputus lantaran bencana longsor dan banjir bandang.

Tiga Helikopter itu adalah jenis Heli MI-8 dengan kapasitas delapan ton, heli Kamov 32 A dengan kapasitas lima ton, dan heli EC-115 dengan kapasitas 12 tempat duduk.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x