Jokowi Ingin Myanmar Bebaskan Tapol, Adhie: Tapol di Seberang Laut Nampak, eh di Pelupuk Mata Malah Tak Nampak

- 26 April 2021, 10:48 WIB
Mantan Juru Bicara Presiden RI ke-4 Gus Dur, Adhie Massardi.
Mantan Juru Bicara Presiden RI ke-4 Gus Dur, Adhie Massardi. /Twitter @ArdhieMassardi

PR DEPOK - Mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Adhie Massardi, mengomentari permintaan Presiden RI Jokowi ke militer Myanmar untuk membebaskan tahanan politik.

Dalam keterangannya, ia mengatakan bahwa Jokowi seolah melupakan tahanan politik yang ada di negara yang dipimpinnya, yakni Indonesia.

Ia lantas menyamakan pernyataan Jokowi itu dengan istilah tahanan politik di seberang lautan nampak, tapi tahanan politik di pelupuk mata tak nampak.

Baca Juga: Jozeph Paul Zhang Dikutuk 7 Organisasi, LPD Mujahidin: Kita Tidak Tinggal Diam Jika Akidah Kita yang Diusik

"TAHANAN POLITIK di seberang lautan tampak, eh tahanan politik di pelupuk mata malah tak tampak," ujarnya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @AdhieMassardi.

Cuitan Adhie Massardi.
Cuitan Adhie Massardi. Tangkap layar Twitter @AdhieMassardi

Cuitan ini merupakan tanggapan terhadap salah satu permintaan Presiden RI ke-7 itu kepada pimpinan militer Myanmar, berkaitan dengan krisis yang tengah terjadi di negara tersebut.

Jokowi menyampaikan setidaknya tiga permintaan bagi militer Myanmar di acara ASEAN Leaders' Meeting yang diadakan Sabtu, 24 April 2021 kemarin.

Baca Juga: Link Pendaftaran BPUM BLT UMKM Rp1,2 Juta bagi Daerah Jakarta Pusat, Bisa Diakses Via Smartphone

"Permintaan komitmen pertama, penghentian penggunaan kekerasan dari militer Myanmar, di saat yang sama semua pihak harus menahan diri sehingga ketegangan dapat diredakan," ujar Jokowi.

Pada poin kedua, ia menyampaikan permintaannya agar militer Myanmar mulai membuka dialog inklusif, dan melepaskan tahanan politik.

"Permintaan komitmen kedua, proses dialog yang inklusif harus dimulai, tahanan politik harus segera dilepaskan. Dan perlu dibentuk special envoy ASEAN, yaitu sekjen dan ketua ASEAN untuk mendorong dialog dengan semua pihak di Myanmar," tuturnya melanjutkan.

Baca Juga: Sindir Menhan Soal Tragedi Tenggelamnya KRI Nanggala-402, Abdullah Rasyid: Harusnya Prabowo Malu

Tak cukup sampai di situ, pria yang sempat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta itu juga meminta agar militer Myanmar membuka akses kemanusiaan dari ASEAN.

"Permintaan komitmen ketiga, pembukaan akses bantuan kemanusiaan dari ASEAN, yang dikoordinir oleh Sekjen ASEAN bersama dengan AHA Center," kata orang nomor satu RI itu.

ASEAN Leaders' Meeting sendiri diselenggarakan dalam rangka mencari solusi untuk mengakhiri krisis yang terjadi di Myanmar.

Baca Juga: Ungkap Kesedihan Peristiwa KRI Nanggala-402, Puan Maharani: Kita Bangga Punya Prajurit Matra Laut

Kehadiran pemimpin junta militer Myanmar, yang menggulingkan pemerintahan San Suu Kyi, yakni Jenderal Min Aung Hlaing, sempat menuai pro dan kontra.

Pasalnya, sejumlah pihak menilai tak seharusnya Indonesia menyambut tokoh yang menjadi otak di balik kudeta berdarah di Myanmar yang berujung unjuk rasa tiada henti.

Unjuk rasa yang terjadi di Myanmar juga kabarnya telah menewaskan sekitar 700 orang.***

Editor: Annisa.Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x