Sebut Tidak Mudik Adalah Wujud Cinta kepada Keluarga, Satgas Covid-19: Negara akan Susah jika Faskes Kolaps

- 12 Mei 2021, 07:35 WIB
Suasana disalah satu rumah sakit Kota Bandung. Kementerian Kesehatan mempersiapkan fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 pasca libur Lebaran 2021.
Suasana disalah satu rumah sakit Kota Bandung. Kementerian Kesehatan mempersiapkan fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 pasca libur Lebaran 2021. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PR DEPOK – Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengungkapkan bahwa menahan sementara waktu untuk bertemu dengan keluarga di masa pandemi virus corona adalah wujud kecintaan kepada keluarga.

Pernyataan tersebut disampaikan dr Falla Adinda, anggota Subbidang Mitigasi Satgas Penanganan Covid-19 yang menyikapi larangan mudik lebaran 2021.

“Di saat pandemi, tidak bertemu adalah mengungkapkan rasa cinta paling besar kepada keluarga,” ucap dr Falla Adinda sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari ANTARA pada Selasa, 11 Mei 2021 kemarin.

Baca Juga: Salah Satu Sunah di Hari Raya Idul Fitri: Dianjurkan Makan Sebelum Lakukan Salat Id

Falla menuturkan bahwa aktivitas mudik di Hari Raya Idul Fitri sudah mengakar atau sudah menjadi budaya selama puluhan tahun sehingga cukup sulit untuk dihentikan secara tiba-tiba.

Bahkan mudik disebut olehnya sebagai suatu pake di Tanah Air, hingga muncul anggapan jika tidak melakukan mudik maka orang tua akan menganggap kita jadi anak yang durhaka.

Diperlukan penjelasan yang tepat dari berbagai pihak dan dibutuhkan informasi yang kredibel terkait pandemi Covid-19.

“Hal-hal seperti itu harus ada yang meluruskan dan yang meluruskan semua pihak. Apalagi di masa pandemi, butuh informasi yang benar dan tegas,” tutur Falla.

Baca Juga: TERBARU! Segera Klaim 13 Kode Redeem FF Free Fire Rabu 12 Mei 2021, Siapa Cepat Dia Dapat

Falla menambahkan, perpindahan warga dalam jumlah yang cukup masif bisa membuat negara mengalami kewalahan dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan.

Maka dari itu diperlukan itikad baik bersama untuk mengurangi jumlah pasien Covid-19 dengan cara menahan sementara hasrat untuk mudik agar pandemi bisa teratasi lebih cepat.

“Itulah aspek melarang mudik, bukan melarang bertemu keluarga. Bila pergerakan masyarakat dalam jumlah besar dan pelayanan kesehatan kolaps, maka negara akan susah,” jelas Falla.

Masyarakat disebutnya sebagai ujung tombak dalam penanganan pandemi Covid-19.

Hal ini karena penyelesaiaan dari pandemi hanya bisa dilakukan jika masyarakat bersepakat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan menerapkan 3M dan tidak melakukan aktivitas mudik untuk sementara.

Baca Juga: Taman Margasatwa Ragunan Hanya Bisa Dimasuki 30.000 Pengunjung Sehari Selama Masa Liburan Lebaran 2021

Dokter Falla juga mengatakan di zaman teknologi yang sudah modern seperti sekarang, sudah ada berbagai media yang dapat digunakan guna bertemu secara daring atau virtual untuk bertemu orang terkasih di kampung halaman.

Sebelumnya pemerintah sudah melakukan pengetatan dan peniadaaan mudik di Hari Raya Idul Fitri 1442 H pada tanggal 6-17 Mei 2021, demi mengurangi angka penyebaran Covid-19.

Pada tanggal 22 April 2021, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sudah menerbitkan Adendum Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah.

Baca Juga: Sebut Upaya Penyingkiran 75 Pegawai KPK Terbukti, Febri: Tetap Dipaksakan Meski Tak Ada Dasar Hukum Kuat

Addendum Surat Edaran ini diterbitkan dengan maksud sebagai langkah antisipatif terhadap peningkatan arus mobilisasi penduduk yang miliki potensi untuk meningkatkan angka penularan kasus antar daerah di masa sebelum dan sesudah periode peniadaan mudik dijalankan.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x