PR DEPOK - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Umar Hasibuan menanggapi kritikan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin kepada Ketua DPP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM, Busyro Muqqodas.
Sebelumnya diketahui, Busyro yang mengatakan riwayat Komisi Pembersantasan Korupsi (KPK) telah tamat di tangan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Busyro, KPK telah dilemahkan secara perlahan sejak Presiden Jokowi mengirim Surat Presiden ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk merevisi UU KPK.
Soal pernyataan Busyro, Ali Ngabalin menilai Busyro sudah mencemari wibawa Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dengan melontarkan prasangka buruknya.
Seolah menyindir, dia mengatakan Busyro lebih cocok berada di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) anti korupsi atau bahkan masuk ke partai politik ketimbang menjadi pimpinan Muhammadiyah.
"Otak" sungsang yg gini merugikan persyarikatan. Muhammadiyah sbg organisasi dakwah&berwibawa tercemar oleh manusia prejudice seperti ini. Cocoknya mas busro di LSM anti korupsi atau masuk parpol sekalian. rasanya anda tdk cocok mdj pimpinan Muhammadiyah," kata dia di akun Twitter pribadinya @AliNgabalinNew.
Menanggapi kritikan Ali Ngabalin ke Busyro, Umar Hasibuan atau yang akrab disapa Gus Umar ini mengatakan bahwa saat ini harga demokasi di Indonesia sudah mahal.
"Mahalnya harga demokrasi dinegara ini," kata Gus Umar seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @UmarAlChelsea_
Dalam cuitan yang sama, Gus Umar menilai Ali Ngabalin yang mengkritik Busyro dengan menghina "otak sungsang" sudah termasuk dalam kategori keterlaluan.
Baca Juga: Ingin Beri 'Pelajaran' ke Israel, Erdogan Telepon Vladimir Putin Bahas Ketegangan di Palestina
"Pak Busyro Muqqodas dihina spt ini sungguh keterlaluan," tutur Gus Umar mengakhiri cuitannya.
Untuk diketahui, pernyataan Busyro yang sebut riwayat KPK tamat di tangan Presiden Jokowi itu bentuk respons soal resminya penonaktifan 75 pegawai KPK yang tidak dinyatakan lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
Sebagai informasi, sebagian dari 75 orang yang resmi dinonaktifkan KPK itu dikenal sebagai sosok-sosok yang berintegritas dan berdedikasi pada pemberantasan korupsi.
Baca Juga: Ganjar Pranowo: yang Larang Mudik Itu Siapa? Mudik Boleh, Silakan Ajak Anak Istri atau Siapapun
Adapun sosok yang dimaksud yakni seperti penyidik senior Novel Baswedan dan penerima tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya, Sujanarko.***