PR DEPOK – Terkait proyek pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas membantah isu yang menyebutkan bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menunjuk PT Teknologi Militer Indonesia ( PT TMI) menangani proyek tersebut.
Yan Mandenas menyebutkan bahwa PT TMI hanyalah wadah yang digunakan Prabowo sehingga Indonesia terhindar dari mafia alutsista.
"PT TMI adalah wadah yang sejalan dengan keinginan Menhan Prabowo agar Indonesia tidak dibohongi mafia alutsista," kata Yan Mandenas di Jakarta sebagaimana dikutip Pikiranrayat-Depok.com dari Antara.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Sopir Angkot Gratiskan Ongkos Tiap Hari Jumat, Tuai Pujian Netizen
Yan Mandenas membantah bahwa Prabowo telah membuat kontrak dengan PT TMI dalam proyek alutsista senilai Rp1,760 triliun.
Pasalnya, PT TMI menurut Yan Mandenas posisinya adalah konsultan dalam proyek pengadaan alutsista.
"Itu jelas keliru dan tidak benar sama sekali. PT TMI adalah konsultan, fungsi, dan perannya hanya untuk itu," ujarnya.
Maka dari itu, ia menegaskan bahwa Kemhan sama sekali tidak membuat perseroan dalam pengadaan alutsista.
Akan tetapi Kemhan hanya membuat yayasan perseroan, yang sesuai dengan Pasal 7 dan Pasal 8 UU Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.
"Bukan untuk pembelian atau pengadaan. PT TMI tidak berkontrak dengan Kemhan sama sekali," ujarnya.
Menurutnya, Kemenhan khususnya Menhan Prabowo ingin ada wadah bagi ahli-ahli alutsista berteknologi canggih, ahli elektronika, teknokrat-teknokrat bidang persenjataan, insinyur-insinyur anak bangsa untuk membantu proses transfer of technology (ToT), agar tidak dibohongi makelar-makelar ketika membeli alutsista.
Dengan posisi PT TMI sebagai konsultan, alutsista terbaik dapat diketahui, pasalnya teknologi itu dikunci oleh prinsipal dalam proses pembelian alutsista maupun ketika ToT.
Tidak hanya itu, Yan Mandenas menilai selama ini proses ToT belum maksimal sehingga Prabowo ingin ToT yang berbobot dan berkualitas melibatkan para ahli yang mumpuni.
Politisi Partai Gerindra mengatakan proses ToT tak hanya berbentuk hal-hal yang sederhana seperti mengecat atau mengelas, lebih dari itu, perawatan alutsista dapat dilakukan di dalam negeri.
"Jika ToT bisa berjalan baik maka perawatan alutsista bisa hemat biaya dan lebih maksimal, serta dilakukan oleh anak negeri sendiri. Setiap perbaikan alutsista, tidak perlu lagi dibawa ke negara asal pembelian," katanya.
Maka dari itu, Yan Mandenas meyakini semangat yang dibangun pemerintah saat ini adalah Indonesia semakin maju dalam sektor pertahanan, agar tidak didikte lagi oleh negara lain.***