"Satu hal yang sangat penting saya kira adalah mengenai mobilitas. Kelihatan sekali ketika mobilitas dibuka dari April-Juni 2021 itu ekonominya bergerak. Nah, persoalannya adalah kita selalu ada di dalam dilema, karena mobilitas yang dibuka terlalu jauh ini juga memiliki risiko, mengenai invected cases yang naik," kata Chatib Basri, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.
Menurutnya, mobilitas yang dibuka terlalu jauh ini dapat kembali meningkatkan kasus Covid-19, yang pada akhirnya akan dilakukan kembali pengetatan terhadap mobilitas masyarakat.
Chatib menarik kesimpulan bahwa vaksinasi Covid-19 ini akan memengaruhi pergerakan ekonomi dalam negeri.
Lebih lanjut, Chatib mengambil beberapa contoh di beberapa negara, salah satunya Amerika Serikat, sebagai perbandingan, yakni di negara bagian presentase vaksinasinya mencapai 50 persen, dan kinerja kelompoknya berjalan baik.
"Seperti di New York City, Massachusetts, Boston, itu kinerja ekonominya baik karena coverage dari vaksinnya itu sudah 50 persen. Tapi di Missouri yang vaksinasinya masih rendah, kinerja ekonominya agak sulit. Kita juga bisa lihat bahwa di AS, pemulihan ekonominya itu huruf V, juga yang terjadi di beberapa negara Eropa dan China," ujar Chatib Basri.
Maka dari itu, menurut Chatib, perekonomian Indonesia bisa kembali pulih dengan salah satunya meningkatkan vaksinasi masyarakat.***