PR DEPOK - Politikus Partai Demokrat, Yan Harahap, mengomentari soal India yang bertukar jatah dengan Indonesia menjadi Presidensi G20.
Yan Harahap menyoroti fakta bahwa seharusnya yang menjadi tuan rumah KTT G20 tahun 2022 adalah India, bukan Indonesia.
Namun, India memilih untuk bertukar waktu dengan Indonesia, dan baru akan menjadi Presidensi G20 pada tahun 2023 mendatang.
Oleh karena itu, Yan Harahap menilai bahwa menjadi Presidensi G20 adalah hal yang biasa saja.
Pasalnya, RI menjadi tuan rumah KTT G20 karena memang sudah menjadi gilirannya.
"Jadi hanya semacam bergiliran lah," ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @YanHarahap.
Baca Juga: Alami Gegar Otak, Marc Marquez Absen di MotoGP Algarve 2021 Akhir Pekan Ini
Ia lantas menilai publik seharusnya tak perlu heboh ketika mendengar Indonesia menjadi Presidensi G20.
"Tak perlu heboh2 kali," katanya menambahkan.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi belum lama ini menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Roma, Italia.
Di akhir acara tersebut, Jokowi telah resmi menerima palu sidang KTT G20 dari Perdana Menteri Italia, Mario Draghi.
Penyerahan palu sidang ini menandakan bahwa Indonesia telah resmi menjadi tuan rumah KTT G20 tahun 2022.
Presidensi G20 Indonesia akan dimulai sejak 1 Desember 2021 mendatang.
Baca Juga: Terawang Shio Kelinci, Shio Naga, dan Shio Ular 3 November 2021: Kamu Diminta Beri Nasihat Jujur!
"Saya menerima palu sidang dari PM Italia Mario Draghi pada sesi penutupan KTT G20 Roma, semalam, menandai penyerahan posisi presidensi G20 dari Italia ke Indonesia yang dimulai 1 Desember 2021. Indonesia merasa terhormat untuk meneruskan presidensi G20 ini," ujar Jokowi.
Atas penerimaan palu sidang ini, tak sedikit publik yang lantas beranggapan bahwa hal tersebut merupakan prestasi bagi Indonesia.
Sebagian bahkan mengaku bangga lantaran Indonesia dipercaya untuk menjadi tuan rumah G20.
Namun, sejumlah pihak mengatakan bahwa Indonesia menjadi Presidensi G20 itu bukanlah hal yang perlu dibanggakan.
Pasalnya, semua negara anggota G20 juga akan mendapatkan gilirannya masing-masing untuk menjadi Presidensi G20.***