Hal serupa juga terjadi pada responden yang pernah kontak erat dan memiliki anggota keluarga yang terinfeksi.
Mereka cenderung memiliki skor CPBI yang tinggi, yakni 52 dari rentang angka 10 hingga 60.
"Artinya adalah, pengalaman sebagai penyintas Covid-19 atau pernah kontak erat atau pengalaman menyaksikan anggota keluarga pernah menderita Covid-19, menjadikan responden lebih baik dan ketat dalam melakukan perilaku pencegahan,” kata Ray Waigu Basrowi seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Anatara.
Baca Juga: Status Taiwan akan Menjadi Fokus Utama Pembicaraan Virtual Joe Biden dan Xi Jinping
Menurut Ray Waigu Basrowi, keputusan yang diambil seseorang untuk melakukan vaksinasi merupakan keputusan yang dijalani dengan rasional sehingga para responden cenderung akan lebih berhati-hati, waspada, atau khawatir terhadap penularan Covid-19.
“Ada beberapa aspek yang menurut mereka menjadi pemicu mengapa mereka khawatir, itu ternyata datang dari aspek pemberitaan,” kata Roy Waigu Basrowi.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh HCC menunjukkan 39,7 persen responden merasa takut dan 16,9 persen sangat takut terhadap Covid-19 yang didapatkan melalui berita yang beredar sehingga dapat membantu mereka lebih taat menerapkan protokol kesehatan.
Baca Juga: Kata Menag Yaqut di Hari Toleransi Internasional: Keragaman Bukanlah Dalih untuk Konflik
“Jadi mereka melihat seperti gelombang kedua banyak yang tidak terselamatkan, kemudian rumah sakit penuh, nakes (tenaga kesehatan) banyak yang kewalahan, ternyata ini menyetir para responden ini lebih awas, khawatir, dan lebih menerapkan perilaku pencegahan Covid-19 yang baik,” kata Ray Waigu Basrowi.***