Menurutnya, jika ternyata ulama-ulama yang namanya tercantum di dalam daftar tersebut tidak memenuhi syarat dan definisi dari radikal, maka keluarnya daftar itu justru akan menjadi ajang iklan gratis.
Baca Juga: Cara Memberi Ulasan dan Rating Pelatihan Kartu Prakerja
"Kalau tidak (memenuhi syarat radikal tapi namanya tercantum), itu bahayanya bisa jadi iklan gratis. Masyarakat yang sebelumnya tidak kenal dengan ustaz malah dicari, apalagi dikeluarkan sebelum Ramadan, itu nanti masuk jadwal puasa," ucapnya.
"Jadi diharapkan supaya masyarakat berhati-hati, malah masyarakat mencari. Akhirnya ketemu dan masyarakat tertarik karena pembicaraannya (sang ulama)," kata UAS.
Untuk diketahui, Ustaz Abdul Somad sendiri menjadi salah satu ulama yang namanya tercantum dalam daftar penceramah yang dinilai radikal.
Ia masuk kategori Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI sehingga masyarakat diminta untuk menghindari mendengarkan atau mengundang ia berceramah.
Tak hanya UAS, sejumlah ulama lain, seperti Ustaz Felix Siauw, Ismail Yusmanto, hingga Adi Hidayat juga ikut dimasukkan dalam daftar 180 penceramah radikal tersebut.***