Gelar Forum Diskusi, BPIP dan UIN Sunan Kalijaga Bahas Modernasi Beragama hingga Akar Jati Diri ke-Indonesiaan

- 30 Maret 2022, 15:27 WIB
BPIP dan UIN Sunan Kalijaga gelar forum diskusi yang melibatkan para akademisi dan tokoh agama.
BPIP dan UIN Sunan Kalijaga gelar forum diskusi yang melibatkan para akademisi dan tokoh agama. /

PR DEPOK - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) belum lama ini menggelar acara forum diskusi atau Forum Group Discussion (FGD) dengan UIN Sunan Kalijaga (Suka).

Dalam acara tersebut, Ketua BPIP Yudian Wahyudi dan Rektor UIN Suka tampak membahas konsensus, modernasi agama yang sederhana hingga akar jati diri ke-Indonesiaan kepada para akademisi dan organisasi masyarakat (ormas) keagamaan yang hadir.

Awalnya, Yudian Wahyudi mengungkapkan bahwa konsensus merupakan sumber hukum tertinggi yang mengatur segala aspek kehidupan.

Baca Juga: Cek Bansos BPNT 2022 Online Lewat HP Pakai KTP untuk Dapat Bantuan hingga Rp600 Ribu

Dalam ranah agama, menurutnya konsensusnya adalah kitab suci dari masing-masing agama.

Sementara itu, konsensus dalam kehidupan bernegara adalah adalah aturan dalam UUD 1945, yang di dalamnya juga termuat nilai-nilai keagamaan.

"UUD 45 itu isinya nilai-nilai keagamaan yang sudah disepakati bersama, tapi bahasanya pakai bahasa hukum," ujar Yudian Wahyudi pada Rabu, 30 Maret 2022 dikutip dari rilis yang diterima Pikiranrakyat-Depok.com.

Tak hanya itu, ia juga menilai konsensus sebagai hal yang tidak bisa dipisahkan dengan toleransi lantaran akan berpengaruh pada standar pada masing-masingnya.

Baca Juga: Korea Selatan Tuding Korea Utara Palsukan Peluncuran Rudal Monster

"Masing-masing nanti punya warna antara kelompok yang satu dengan yang lainnya," ujarnya.

Dengan demikian, Yudian Wahyudi berharap FGD yang digelar lembaganya dengan UIN Suka bisa menjadi wadah ide-ide dari para tokoh agama, sehingga nantinya bisa disampaikan ke internal masing-masing ormas kemasyarakatan.

Sementara itu dalam diskusi ini, Rektor UIN Suka, Al Makin lebih menjelaskan soal modernasi beragama yang sederhana.

Baca Juga: Dominasi 86 Persen Kasus Covid-19 Global, Efektifkah Vaksin Melawan Sub-varian BA.2?

Al Makin mengatakan bahwa ukuran modernasi beragama sebenarnya bisa dilihat dari seberapa banyak teman yang tidak berbahasa sama.

Lalu menurutnya, modernasi beragama juga dapat dilihat dari seberapa banyak teman yang tidak berogranisasi dan beribadah yang sama dengan kita.

Dengan penjelasan tersebut, ia lantas mengajak semua pihak untuk meningkatkan persahabatan dan menyosialisasikan hal itu di media sosial.

Baca Juga: Kapan BLT Balita 0-6 Tahun Cair? Berikut Jadwalnya dan Cara Cek Bansos PKH 2022 Online Lewat HP Pakai KTP

"Mari kita sosialisasikan di masyarakat dan medsos, bahwa kita semua bersahabat, berkawan dan bersaudara. Saya kira ini sangat diperlukan dalam konteks ke-Indonesiaan yang sangat kaya," tutur Al Makin.

Selain itu, Al Makin juga memaparkan akar jadi diri ke-Indonesiaan, yang terdiri dari empat hal yaitu keadilan, modenrasi, kebajikan dan persahabatan.

Akar jati diri ke-Indonesiaan tersebut menurutnya sudah dipelajari lebih dulu oleh para pendiri bangsa Indonesia sendiri, yaitu Soekarno, Hatta, H Agus Salim, M Yamin hingga Sultan Sjahrir.

Baca Juga: Cara Daftar PKH Online 2022 Lewat HP di Aplikasi Cek Bansos, Dapatkan BLT Ibu Hamil dan Anak Balita Rp3 Juta

Hal tersebut dipelajari oleh para pendiri bangsa jauh sebelum terjadinya proklamasi.

"M Yamin misalnya, sangat senang mengutip kitab Sutasoma, menggali sejarah Majapahit, ini luar biasa," tuturnya menambahkan.

Dengan pendapat tersebut Al Makin lantas mengapresiasi langkah BPIP dalam menjaga dan mengawal nilai-nilai Pancasila.***

Editor: Wulandari Noor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x