Network
Isi dari buku tersebut sendiri tidak menggambarkan fenomena sinkretisme atau pencampuran agama antara Kristen dengan Islam, melainkan hanya mengungkap fenomena sosial mengenai toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, yang menjadi basis penelitian, terutama di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
Gambaran mengenai kedekatan umat Kristen yang kemudian bersimpati pada praktik-praktik amaliah sosial Muhammadiyah itu, seperti di Ende Nusa Tenggara Timur (NTT), Serui (Papua), dan di Kalimantan Barat.
Baca Juga: 6 Daftar Warung Bakso Enak yang Banyak Dicari di Situbondo, Cek Alamat Lengkapnya di Sini
Jadi, istilah Krismuha itu merujuk pada interaksi akrab antara siswa-siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah, bukan penggabungan dua agama.
Fakta itu juga menunjukkan bahwa wajah bersaudara Muhammadiyah pada warga Kristen tidak bermuatan selubung dakwah untuk pada akhirnya mengajak mereka menjadi beragama Islam.
Para siswa Kristen itu, tidak pernah menghilangkan identitas atau iman mereka, yakni tetap sebagai penganut Kristen taat, begitu juga sebaliknya.
Baca Juga: Ramalan Shio Kelinci, Naga, dan Ular di Bulan Juni 2023: Tingkatkan Rasa Percaya Diri
Lewat buku bertajuk "Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan", Muhammadiyah yang didirikan oleh ulama besar KH Ahmad Dahlan itu ingin terus membangun generasi Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan terbiasa hidup bersama dalam perbedaan.
Bagi Abdul Mu'ti, istilah Kristen Muhammadiyah adalah varian sosiologis yang merupakan lukisan alam sosial negeri bangsa Indonesia, bahwa umat Kristen atau Katolik itu bisa hidup damai dengan pemeluk agama Islam layaknya saudara.
Karena itu, umat Kristen atau Katolik yang bersimpati pada Muhammadiyah bukan menjadi anggota dari organisasi Islam tersebut.
