Dua Raksasa Global Keluar, Produksi Gas Alam Indonesia Hadapi Ujian Investor

- 11 Agustus 2023, 17:59 WIB
Ilustrasi kilang minyak. Produksi gas alam Indonesia menghadapi ujian investor usai dua raksasa global, Shell dan Chevron, keluar.
Ilustrasi kilang minyak. Produksi gas alam Indonesia menghadapi ujian investor usai dua raksasa global, Shell dan Chevron, keluar. /Pexels/Life Of Pix/

Prateek Pandey, seorang analis konsultan Rystad Energy menyampaikan bahwa pada proyek IDD, Indonesia sedang memprioritaskan untuk memperpanjang kontrak bagi hasil terhadap tiga blok yang nantinya akan berakhir pada 2027 dan 2028.

Italy's Eni akan mulai melaksanakan rencana proyek IDD setelah transaksi Chevron selesai, hal tersebut disampaikan oleh seorang juru bicara Italy's Eni, akan tetapi juru bicara tersebut tidak mengomentari pertanyaan tentang pembicaraan pembagian produksi.

Di proyek Masela, yang akan memberi pemasukan bagi proyek LNG Abadi. Hal tersebut juga disampaikan oleh CEO operator Inpex (1605.T) Takayuki Ueda bahwa dengan bergabungnya Pertamina atau pemerintah Indonesia pada proyek tersebut, maka diharapkan akan mendapatkan dukungan dan peningkatan yang signifikan pada pasar gas proyek Masela.

"Dapat meningkat sangat signifikan, dalam artian kami secara alami dapat mengharapkan dukungan dari pemerintah Indonesia," kata CEO operator Inpex.

Baca Juga: Seorang Pria Ancam Bunuh Karyawan SM Entertainment, Alasannya Bikin Geleng-geleng Kepala!

EKSPOR DAN BATAS HARGA

Menurut data SKK Migas, proyek IDD dan Masela, digabungkan dengan proyek Tangguh Train-3 milik BP dan Jambaran Tiung Biru milik Pertamina, akan menghasilkan tambahan produksi gas sebesar 3,5 bcfd dari produksi saat ini sebesar 5,3 bcfd.

Indonesia mewajibkan produsen minyak dan gas untuk menjual 25 persen dari produksi mereka di dalam negeri, tetapi permintaan lokal yang meningkat menyebabkan seruan dari beberapa pejabat pemerintah untuk menghentikan ekspor seluruhnya, yang dapat menghalangi pengembang.

"Ini perlu dipertimbangkan kembali, memungkinkan investor asing untuk mendapatkan keuntungan dari investasi mereka," kata San Naing, seorang analis di BMI Research, bagian dari Fitch Group.

Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Semakin Tidak Sehat, Pakar Kesehatan Soroti Hal Ini

Setiap langkah untuk membatasi ekspor "berpotensi memiliki dampak yang cukup besar pada ekonomi proyek kami", kata Ueda dari Inpex kepada wartawan di Tokyo pada hari Rabu lalu.

Kelemahan lain adalah batas harga gas negara yang dijual ke tujuh sektor bisnis. Itu ditetapkan pada $6 (Rp91.505,40) per juta British thermal unit (mmbtu) pada tahun 2020 untuk mengurangi dampak pandemi dan tetap sebagai pengatur inflasi, kata pejabat Kementerian Perindustrian Triyani. Sebelumnya, batasnya adalah $7-$10 per mmbtu.

Halaman:

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah