Angka Pengangguran Tinggi, Lulusan SMK Masih Jadi Kambing Hitam Penyumbang Terbesar

- 11 Agustus 2020, 20:53 WIB
Siswa SMK mengerjakan pembuatan lampu di bawah bimbingan Yayasan Listrik Mandiri Rakyat (Limar) di laboratorium praktik SMK Angkasa Lanud Husein, Bandung, Jawa Barat pada Jumat 6 Oktober 2017.
Siswa SMK mengerjakan pembuatan lampu di bawah bimbingan Yayasan Listrik Mandiri Rakyat (Limar) di laboratorium praktik SMK Angkasa Lanud Husein, Bandung, Jawa Barat pada Jumat 6 Oktober 2017. /Agus Bebeng/Antara/Agus Bebeng

PR DEPOK - Ada anggapan bahwa sekolah vokasi merupakan penyumbang terbesar angka pengangguran di Indonesia.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto langsung membantah tudingan tersebut.

Wikan menyampaikan bahwa saat ini di seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia, kurikulumnya terus dimutakhirkan dan tidak melenceng dari kebutuhan industri.

Baca Juga: Penuhi Janjinya, Kapolsek Ini Salto Saat Dengar Warganya Lulus Jadi Polisi Tanpa Duit Sepeser pun 

"Setelah saya keliling ke berbagai SMK di Indonesia, setiap tahun kurikulumnya disinkronkan dengan industri. Ternyata hanya 20 persen yang menganggur, sedangkan 80 persennya bekerja, terapan, atau kuliah," katanya, saat sowan ke SMKN 27 Jakarta Pusat yang dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari RRI pada Selasa, 11 Agustus 2020.

Selain itu, Wikan mengatakan bahwa negara maju justru diukur dari vokasinya.

"Penting untuk membangung industri dan SDM unggul untuk meningkatkan produktivitas negara," ujarnya.

Karena itu, titik tolak pertama untuk memperoleh SDM yang unggul adalah calon peserta didik harus memilih jenjang pendidikan yang tepat dan sesuai minat.

Baca Juga: Malam Ini Puncak Hujan Meteor Perseid, Catat Cara untuk Mengamatinya 

Ketika seorang mempelajari sesuatu yang disenangi, lanjut dia, orang tersebut akan menjadi peserta didik yang menjalani prosesnya dengan bahagia.

"Jika lebih menyukai analisis silakan masuk SMA, jika lebih menyukai keterampilan, silakan pilih SMK," katanya.

Menurut dia, saat ini industri bahkan hingga membuat kelas khusus di SMK guna menciptakan sumber daya manusia yang unggul.

“Seharusnya sekarang lulusan SMK bisa langsung diserap industri, tak hanya yang besar tapi ada juga dari UMKM, Pemda, dan organisasi non-pemerintah (NGO),” ujarnya.

Baca Juga: Jokowi Pastikan Bantuan Rp600.000 untuk Karyawan Bergaji di Bawah Rp5 Juta Cair dalam Dua Pekan 

Dia menegaskan, lulusan SMK juga jangan sampai hanya menganggur. Lulus SMK jika tak langsung kerja tetap bisa kuliah, jadi lulusan sarjana terapan/D4 dan bisa lanjut S2 terapan.

“Kami sudah MoU dengan universitas di Jerman untuk bisa menyediakan S2 terapan di Jerman," ucap Wikan.

Salah satu kelebihan SMK, kata Wikan, adalah dapat menyalurkan minat anak.

Hal bisa membuat anak belajar dengan lebih bahagia dan tanpa keterpaksaan.

"Sepertinya, kita masih harus menyadarkan orang tua siswa SMP se-Indonesia, kalau satu-satunyanya jalan untuk sukses di Indonesia bukan semata masuk SMA favorit, SMK juga bisa. Apalagi kalau di SMK dia belajar sesuai passion," katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x