"Sejujurnya, kami tidak tahu pasti seberapa cepat Betelgeuse akan menjadi supernova," kata ahli astrofisika Andrea Dupree, direktur Divisi Ilmu Planetary Bintang Matahari di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian dan pemimpin penelitian yang diterbitkan minggu ini di Astrophysical Journal pada Jumat, 14 Agustus 2020.
"Sepertinya tidak dalam masa hidup kita. Tapi, kita tidak tahu bagaimana sebuah bintang berperilaku seperti itu minggu sebelumnya, lalu meledak pada minggu berikutnya," sambungnya.
Dalam supernova, bintang besar seperti Betelgeuse mengeluarkan sejumlah besar unsur berat, termasuk karbon, oksigen, kalsium, dan besi ke ruang angkasa yang menjadi bahan penyusun bintang generasi baru.
Baca Juga: Ditegur Joko Anwar Usai Bagikan Tautan Film Ilegal, Ttjahjo Kumolo: Saya Minta Maaf, Saya Siap Bayar
Betelgeuse terletak relatif dekat tata surya kita, sekitar 725 tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahu yakni 5,9 triliun mil (9,5 triliun km).
Keredupannya dimulai pada Oktober 2019 lalu dan pada pertengahan Februari telah kehilangan lebih dari dua pertiga pancaran cahayanya.
Bintang Betelgeuse dikategorikan sebagai bintang super raksasa merah, jenis bintang terbesar di ruang angkasa. Bahkan dikatakan lebih dari 10 kali massa Matahari.
Baca Juga: Obati Rindu Lomba 17 Agustusan, Warganet Ramaikan Tarik Tambang Virtual
Para astronom mengatakan jika Betelgeuse berada di Galaksi Bima Sakti, efeknya bisa dirasakan hingga planet Jupiter.
Para ilmuwan masih belum dapat menjelaskan bagaimana awan debu itu terbentuk dan berharap dapat mempelajarinya lebih lanjut untuk lebih memahami apa yang mungkin terjadi dengan Betelgeuse.***